Dari 36 tokoh yang disebut-sebut layak berlaga di arena pemilihan presiden tahun depan, ada tiga yang dinilai paling memiliki integritas dan kompentensi. Ketiganya adalah mantan Menko Perekonomian Rizal Ramli, Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin dan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Moh. Mahfud MD.
Ini adalah kesimpulan dari penelitian yang dilakukan Lingkar Studi Perjuangan (LSP) yang dipimpin Gede Sandra. LSP menggunakan daftar 36 capres yang pernah dirilis majalah Indonesia 2014. Bahkan, Presiden SBY yang akan segera mengakhiri masa tugasnya sangat mengapresiasi daftar capres ini. Setidaknya, apresiasi itu disampaikan SBY di depan publik sebanyak dua kali, di bulan Desember 2012 dan bulan April 2013.
“Demi pendidikan politik bagi masyarakat Indonesia yang akan memilih figurnya pada 2014, kami merasa perlu untuk mengadakan studi tentang alat ukur dalam menilai figur capres berbasis pada rekam jejak,” ujar Gede Sandra, Senin (20/5/2013) malam.
Dari 36 tokoh layak nyapres it, LSP melakukan penyaringan dengan menggunakan metode matriks integritas dan matriks kompetensi. Alat ukut yang mereka gunakan laporan sejumlah media massa prominent mengenai ke-36 tokoh itu.
Hasilnya, dari matriks integritas, sebanyak tujuh tokoh mendapatkan nilai AAA. Mereka adalah Din Syamsuddin, Endriartono Sutarto, Hidayat Nur Wahid, Joko Widodo, Mahfud MD, Rizal Ramli, dan Sri Sultan Hamengkubuwono ke X.
Sementara dari matriks rekam jejak kompetensi ada sepuluh tokoh yang mendapatkan rating AAA. Yakni Aburizal Bakrie, Din Syamsuddin, Gita Wiryawan, Hatta Rajasa, Jusuf Kalla, Mahfud MD, Megawati Sukarnoputeri, Rizal Ramli, Sri Mulyani, dan Yusril Ihza Mahendra.
Nah, jika kedua matriks itu digabungkan, maka hanya Din Syamsuddin, Mahfud MD, dan Rizal Ramli yang mendapatkan rating AAA.
Melanjutkan keterangan Gede Sandra mengatakan bahwa ketiga tokoh itu bukan jago dari partai politik peserta Pemilu 2014. Hal ini seolah membenarkan kesimpulan banyak intelektual tentang betapa sulit menemukan tokoh partai yang tidak hanya mumpuni tapi juga punya integritas baik.
Ini juga mengkonfirmasi satu persoalan penting mengenai kredibilitas partai politik sebagai sarana pendidikan dan rekruitmen politik. Kredibilitas partai politik di Indonesia cenderung terjun bebas menyusul sejumlah skandal yang melibatkan elit di beberapa partai utama.
Dalam bagian akhir keterangannya, Gede Sandra juga mengatakan bahwa saat ini mereka sedang menyusun matriks keberpihakan ke-36 tokoh layak nyapres itu.
”Ini kami lakukan agar proses penyaringan figur dapat lebih dalam lagi, tidak hanya soal integritas dan kompetensi, sehingga masyarakat dapat memisahkan mana figur yang pro neoliberalisme dan mana figur yang pro konstitusi dan ekonomi kerakyatan,” demikian Gede Sandra. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA