MBC. Bisa saja hari ini atau lusa Presiden SBY menunjuk menteri keuangan (Menkeu) definitif pengganti Agus Martowardojo yang dicopot lantaran terpilih sebagai Gubernur Bank Indonesia.
Namun, ekonom senior DR Rizal Ramli menyarankan, siapapun yang akan diangkat SBY haruslah orang yang ahli terutama mengatasi triple defisit yang kini mengancam perekonomian Indonesia.
Triple defisit dimaksud defisit anggaran, perdagangan dan transaksi berjalan.
"Ekonomi kita sedang mengalami koreksi, tidak besar dari target pertumbuhan pemerintah sebesar 6 persen. Tapi ada yang lumayan berbahaya atau lampu kuning, yaitu triple defisit tadi. Balance of impointmentnya makin lama makin negatif. Ini akan memberikan tekanan pada rupiah yang akhir-akhir ini semakin melemah," tutur Rizal Ramli kemarin.
Selain itu, menurut menteri perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid yang juga anggota tim Panel Ahli Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) ini, menkeu baru haruslah orang yang punya integritas tinggi dan tidak menyerah terhadap berbagai tekanan, baik yang berasal baik dari pihak-pihak asing maupun dari partai politik. Bukan rahasia lagi, misalnya, pembahasan APBN Perubahan acap kali dijadikan bancakan oleh partai-partai politik untuk mengeruk uang negara. Kasus-kasus korupsi besar yang terungkap antara lain terjadi pada saat pembahasaan APBN Perubahan.
"Kalau orangnya lembek atau kompromistis maka akan terulang lagi kasus korupsi berjamaah di anggaran yang melibatkan partai dan pejabat pemerintah," tekan calon presiden paling ideal versi Lembaga Pemilih Indonesia ini.
Kriteria menkeu yang baru lainnya, sambung dia sebagaimana disiarkan Rakyat Merdeka Online, harus punya keberpihakan terhadap nasib rakyat kecil. Ini penting karena saat ini masih banyak rakyat yang hidup miskin. Kriteria yang juga penting adalah punya keberanian melakukan terobosan-terobosan untuk mengatasi masalah kemiskinan.
Menurut Capres alternatif versi The President Center ini, masalah kemiskinan di Indonesia tidak bisa diselesaikan hanya dengan mengucurkan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). BLSM yang oleh Rizal Ramli dipelesetkan jadi balsem, sejenis obat pegel atau keselo, bukan solusi tepat mengatasi persoalan.
"Balsem dikasih terasa panas sebentar terus hilang lagi. Pendekatan ini tidak bagus karena antara lain tidak menciptakan lapangan pekerjaan," kata Ketua Aliansi Rakyat Untuk Perubahan (ARUP).[ans]
KOMENTAR ANDA