MBC. Ketua Penegak Amanat Reformasi RAkyat (PARRA) Indonesia Sumatera Utara, Soerkani, menyayangkan peristiwa kerusahan yang terjadi antara aparat kepolisian dengan Mahasiswa HKBP Nomensen Medan, yang berlangsung, rabu, (15/5/2013), sore hingga tengah malam itu.
Menurutnya peristiwa itu tidak harus terjadi, jika aparat kepolisian dan mahasiswa duduk bersama dalam mencari solusi atas peristiwa yang menimpa salah satu seorang mahasiswa Nomensen pekan lalu.
"Mahasiswa kaum intelektual, begitu juga dengan aparat kepolisian yang notabenenya pengayom masyarakat. Seharusnya permasalahan ini bisa diredam dengan duduk bersama guna mencari solusi terbaik," terangnya kepada MedanBagus.Com, Kamis (16/5/2013) sesaat lalu.
Soerkani menambahkan, dari peristiwa itu sudah pasti banyak yang dirugikan, diantaranya mahasiswa yang tidak terlibat dalam kerusuhan. Akibatnya kegiatan belajar mengajar menjadi terganggu dan masyarakat umum menjadi terabaikan haknya.
"Kalau sudah begini, pasti mahasiswa yang tidak terlibat menjadi terganggu perkuliahannya, apalagi masyarakat umum, sudah pasti kena getahnya juga," imbuhnya.
Seperti yang diketahui, peristiwa kerusuhan antara mahasiswa Nomensen dan aparat kepolisian, ditenggarai prilaku oknum kepolisian berpakaian lengkap yang bertindak diluar konteks korps yaitu, menendang hingga terjatuh dua orang mahasiswa yang sedang mengendarai sepada motornya. Akibatnya satu diantaranya meninggal dunia dan satu lagi harus mendapati perawatan intensif. [rob]
KOMENTAR ANDA