120 caleg akan bertarung memperebutkan 10 kursi yang tersedia di daerah pemilihan Jawa Barat XI yang meliputi Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya dan Kotamadya Tasikmalaya. Pemilu 2009, Demokrat berjaya meraih tiga kursi dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sukses mengantongi dua kursi.
Kursi sisa dibagi rata oleh lima partai lainnya yakni Golkar, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Amanat Nasional (PAN).
Pengamat politik Universitas Padjajaran, Muradi, memprediksi partai-partai Islam berpeluang mendulang suara. Sebab karekteristik masyarakat di wilayah ini aliran ideologinya Islam keras. Apalagi dulu Tasikmalaya, dulu merupakan salah satu basis gerakan separatis Darul Islam dan Tentara Islam Indonesia (DI/TII).
“Kalau di Garut itu merupakan basis Golkar. Pemilu terakhir kan dia menang.
Sementara di Tasikmalaya ini juga merupakan basis nasionalis dan Islam Nahdlatul Ulama (NU) yang lumayan keras,” kata Muradi di Jakarta, kemarin.
Makanya Muradi kemudian tidak terlalu heran kalau PPP pada pemilu lalu bisa sampai meraih dua kursi di sana.
Begitu pula dengan PKS mampu mengantarkan satu calonnya ke senayan pada Pemilu 2009. Namun tak bisa dipungkiri antara basis nasional dengan Islam garis keras ini cukup seimbang.
Buktinya 10 kursi di sana dibagi rata antara partai islam dan nasionalis. Demokrat meraih tiga kursi, Golkar dan PDI Perjuangan masing-masing satu, sisanya dibagi ke partai-partai islam.
Melihat situasi politik sekarang, Muradi memprediksi Demokrat paling banter mendapat satu kursi. Tak hanya Demokrat PKS yang kini elitenya didera kasus korupsi juga bakal anjlok suaranya di dapil ini. Suara kedua partai ini berpotensi menjadi rebutan partai nasional di antaranya PDIP, Golkar, PKB, Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) dan PAN.
PDIP benar-benar ingin memanfaatkan situasi tersebut. Tengok saja selain tetap menempatkan caleg inkumben Syarif Bastaman, partai banteng moncong putih itu juga menerjunkan Indah Nataprawira.
“Indah ini salah satu darah birunya di Garut-Tasikmalaya. PDIP berpeluang dapat dua setengah kursi karena Indah itu sepengetahuan saya merupakan darah biru. Jadi cukup punya basis massa di sana,” sambungnya.
Selain PDIP, Partai Hanura juga punya peluang di sana. Jenderal (Purn) Wiranto, Ketua Umum Partai Hanura, paling rajin menyambangi daerah ini dan menanam beberapa tokoh lokal sebagai kader Hanura. Kusuma Soekasah, salah satu tokoh lokal yang sengaja dipasang Hanura untuk merebut suara Demokrat di sana.
Namun semangat kader dan caleg Hanura, menurut pengamat politik Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salahudin, terancam terganggu. Said mendengar ada beberapa caleg Hanura tidak puas lantaran nomor urutnya digeser caleg-caleg gerbong Harry Tanoesoedibjo.
Tentunya hal tersebut berpotensi memunculkan faksi di internal partai dan menurunkan semangat caleg. “Untuk itu harus ada negosiasi dan harus dikelola konflik tersebut agar tidak mengganggu laju partai,” katanya. 120 caleg akan bertarung memperebutkan 10 kursi yang tersedia di daerah pemilihan Jawa Barat XI yang meliputi Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya dan Kotamadya Tasikmalaya. Pemilu 2009, Demokrat berjaya meraih tiga kursi dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sukses mengantongi dua kursi.
Kursi sisa dibagi rata oleh lima partai lainnya yakni Golkar, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Amanat Nasional (PAN).
Pengamat politik Universitas Padjajaran, Muradi, memprediksi partai-partai Islam berpeluang mendulang suara. Sebab karekteristik masyarakat di wilayah ini aliran ideologinya Islam keras. Apalagi dulu Tasikmalaya, dulu merupakan salah satu basis gerakan separatis Darul Islam dan Tentara Islam Indonesia (DI/TII).
“Kalau di Garut itu merupakan basis Golkar. Pemilu terakhir kan dia menang.
Sementara di Tasikmalaya ini juga merupakan basis nasionalis dan Islam Nahdlatul Ulama (NU) yang lumayan keras,” kata Muradi di Jakarta, kemarin.
Makanya Muradi kemudian tidak terlalu heran kalau PPP pada pemilu lalu bisa sampai meraih dua kursi di sana.
Begitu pula dengan PKS mampu mengantarkan satu calonnya ke senayan pada Pemilu 2009. Namun tak bisa dipungkiri antara basis nasional dengan Islam garis keras ini cukup seimbang.
Buktinya 10 kursi di sana dibagi rata antara partai islam dan nasionalis. Demokrat meraih tiga kursi, Golkar dan PDI Perjuangan masing-masing satu, sisanya dibagi ke partai-partai islam.
Melihat situasi politik sekarang, Muradi memprediksi Demokrat paling banter mendapat satu kursi. Tak hanya Demokrat PKS yang kini elitenya didera kasus korupsi juga bakal anjlok suaranya di dapil ini. Suara kedua partai ini berpotensi menjadi rebutan partai nasional di antaranya PDIP, Golkar, PKB, Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) dan PAN.
PDIP benar-benar ingin memanfaatkan situasi tersebut. Tengok saja selain tetap menempatkan caleg inkumben Syarif Bastaman, partai banteng moncong putih itu juga menerjunkan Indah Nataprawira.
“Indah ini salah satu darah birunya di Garut-Tasikmalaya. PDIP berpeluang dapat dua setengah kursi karena Indah itu sepengetahuan saya merupakan darah biru. Jadi cukup punya basis massa di sana,” sambungnya.
Selain PDIP, Partai Hanura juga punya peluang di sana. Jenderal (Purn) Wiranto, Ketua Umum Partai Hanura, paling rajin menyambangi daerah ini dan menanam beberapa tokoh lokal sebagai kader Hanura. Kusuma Soekasah, salah satu tokoh lokal yang sengaja dipasang Hanura untuk merebut suara Demokrat di sana.
Namun semangat kader dan caleg Hanura, menurut pengamat politik Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salahudin, terancam terganggu. Said mendengar ada beberapa caleg Hanura tidak puas lantaran nomor urutnya digeser caleg-caleg gerbong Harry Tanoesoedibjo.
Tentunya hal tersebut berpotensi memunculkan faksi di internal partai dan menurunkan semangat caleg. “Untuk itu harus ada negosiasi dan harus dikelola konflik tersebut agar tidak mengganggu laju partai,” katanya. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA