Gaya komunikasi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menghadapi langkah-langkah hukum Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam kasus suap impor sapi sangat tidak berkelas. Hal ini berbeda dengan gaya komunikasi PKS selama ini.
"Dulu PKS bisa santun dalam menghadapi berbagai isu. Kini gaya itu sudah tidak ada. Saya ambil contoh dan kasus, gaya berbicara Fahri Hamzah lebih buruk dari Ruhut Sitompul," kata pengamat politik dari Universitas Parahyangan (Unpar) Bandung, Asep Warlan Yusuf, Selasa kemarin (14/5/2013).
Hal serupa ungkap Asep, dilakukan oleh PKS secara umum. Misalnya, dengan penuh sinisme, PKS memasang spanduk selamat datang di kantor DPP PKS ketika KPK mau menyita beberapa mobil yang diduga milik mantan Presiden PKS, Luthi Hasan Ishaaq.
"PKS terlihat membabibuta dan emosional. Padahal seharusnya PKS bisa lebih santun sebagaimana telah ditunjukkan di masa lalu," ungkap Asep sebagaimana disiarkan Rakyat Merdeka Online.
Asep menilai basis PKS di kalangan kelas menengah perkotaan akan terkikis habis. Masyarakat yang well-educated dan well-informed tidak akan lagi memilih PKS.
Namun begitu, lanjut Asep, di kelas menengah bawah, yang berada di desa-desa, yang jauh dari informasi, PKS akan tetap berkibar. Mereka tidak terlalu terpengaruh dengan kasus korupsi yang terus melilit.
Apalagi PKS memiliki kader militan yang mampu menetralisir kondisi, seperti dengan mengatakan bahwa yang terlibat korupsi hanyalah oknum belaka atau bahwa PKS sedang difitnah dan dizolimi. [ans]
KOMENTAR ANDA