post image
KOMENTAR
MBC. Air di Bulan dan di Bumi mungkin berasal dari tempat yang sama, sehingga mencuatkan pertanyaan mengenai proses pembentukan Bulan.

Demikian hasil analisis baru atas bebatuan Bulan, yang diterbitkan di edisi daring jurnal Science, Kamis (9/5/2013).

Bulan diduga telah terbentuk dari piringan puing yang tersisa ketika satu benda raksasa menghantam Bumi 4,5 juta tahun lalu.

Para ilmuwan telah lama memperkirakan panas dari dampak sebesar itu akan mengakibatkan hidrogen dan anasir rentan lain mendidih di antariksa. Itu berarti Bulan diduga telah mulai kering sepenuhnya.

Namun belum lama ini, pesawat antariksa AS dan penelitian baru mengenai sampel dari misi Apollo telah memperlihatkan Bulan sesungguhnya memiliki air, baik di permukaan maupun di bawahnya. Alberto Saal, ahli geokimia di Brown University dan pemimpin peneliti studi tersebut, mengatakan
"penjelasan paling sederhana" ialah ada air di proto-Bumi saat dampak raksasa itu terjadi.

"Sebagian air tersebut bertahan terhadap dampak itu, dan itu lah yang kita lihat di Bulan," kata Saal di dalam satu pernyataan seperti dikutip Xinhua.

Untuk menemukan sumber air itu, Saal dan rekannya mengandalkan jejak kimia, jumlah deuterium dan hidrogen, isotop hidrogen dengan netron tambahan. Para peneliti itu mendapati rasio deuterium-hidrogen pada sampel debu Bulan yang dibawa pulang oleh awak Apollo 15 dan 17 relatif rendah dan cocok dengan rasio yang ditemukan pada asteroid purba yang disebut carbonaceaus chondrites.

Meteorit itu berasal dari sabuk asteroid di dekat Jupiter dan diperkirakan termasuk di antara benda paling tua di dalam Sistem Tata Surya.

Rasio itu juga serupa dengan yang ditemukan pada air di Bumi. Para peneliti tersebut mengatakan jejak itu mengesampingkan kemungkinan air di bebatuan Bulan berasal dari satu komet, sebab air komet cenderung memiliki rasio sangat tinggi deuterium-hidrogen.

"Pengukuran itu sendiri sangat sulit," kata Erik Hauri, penulis bersama studi itu di Carnegie Institution of Washington.

"Namun data baru itu menyediakan bukti terbaik bahwa chondirte yang berisi karbon adalah sumber yang sama fari kerentanan di Bumi dan Bulan, dan barangkali seluruh sistem bagi dalam Matahari," ujarnya sebagaimana disiarkan Rakyat Merdeka Online.[ans]

Bank Sumut Kembalikan Fitrah Pembangunan, Kembangkan Potensi yang Belum Tergali

Sebelumnya

Berhasil Kumpulkan Dana Rp 30 Juta, Pemkot Palembang Sumbang Untuk Beli APD Tenaga Medis

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Ragam