MBC. Letjen (Purn) Prabowo Subianto, berencana pamerkan visi-misinya di depan 50-an profesor seluruh Indonesia. Profesor Universitas Indonesia meyakini tak ada yang baru dari visi Prabowo, karena pasti mirip program pembangunan penguasa Orde Baru, Soeharto.
Prabowo tak hanya mendekati mahasiswa saja, para profesor dan guru besar pun digarap oleh putra begawan ekonomi Soemitro Djojohadikusumo itu. Pertengahan bulan ini Prabowo berencana mengumpulkan profesor di kediamannya dalam acara bedah buku Visi Indonesia Ke Depan.
''Bedah buku ini rencananya dilaksanakan 19 Mei nanti. Kemungkinan acaranya diadakan di rumah beliau, di Hambalang,'' kata Ketua Umum Partai Gerindra, Suhardi sebagaimana disiarkan Rakyat Merdeka Online.
Kediaman Prabowo di Hambalang itu memang kerap menjadi pusat bagi para profesor untuk meramu visi Prabowo. Toh kantor sekretariat Dewan Pakar Gerindra yang diketuai bekas Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah itu juga bertempat di kendiaman Prabowo tersebut.
Tempat itu dipilih karena nyaman untuk berpikir merumuskan strategi pemenangan Pileg dan Pilpres 2014.
''Tempatnya memang sepi dan jauh dari keramaian, tapi alamnya bagus, sehingga orang nyaman. Kita bisa bicara dengan intens tanpa ada gangguan dari luar. Dewan pakar yang beranggotakan 50 orang profesor dan bekas rektor itu biasa rapat di pendopo,'' tambahnya.
Dijelaskan Suhardi, buku yang dibedah itu merupakan hasil pemikiran dari para guru besar yang kemudian diramu bersama timses Prabowo menjadi sebuah visi.
Guru Besar Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI), Budyatna, angkat jempol kalau Prabowo mampu mengumpulkan 500 guru besar dan profesor dari berbagai perguruan tinggi. Menurutnya, mengumpulkan 500 profesor bukanlah perkara gampang.
Budyatna sendiri hingga kini belum menerima undangan dari Prabowo. Budyatna tak mempersoalkan kelak dia diundang atau tidak. Budyatna menilai, pertemuan yang akan digelar Prabowo itu hanya untuk pencitraan mengangkat elektabilitasnya.
Menurut Budyatna, manuver Prabowo itu cukup penting mengingat profesor merupakan figur yang sangat dihormati di kalangan masyarakat, tak hanya di dunia kampus. ''Tapi saya kira 500 (profesor) itu cuma jadi pelengkap saja,'' katanya.
Namun, menurut Budyatna, yang terpenting bagi Prabowo sejatinya apakah dia pro-rakyat atau tidak. Selain itu, lanjut Budyatna, jika ingin dikatakan orisini, pemikiran yang diterbitkan Prabowo itu harus jauh dari pemikiran Soeharto, karena Prabowo dikenal dekat dengan Soeharto. [ans]
KOMENTAR ANDA