post image
KOMENTAR
Gerakan-gerakan mahasiswa dalam mengkritisi kebijakan pemerintah semakin tak berbobot. Aksi-aksi protes mahasiswa saat ini hanya dianggap penguasa sebagai letupan-letupan kecil dan angin lalu.

Hal ini berbeda dengan gerakan angkatan mahasiswa 1977/1978 atau angkatan 1998.

Mantan aktivis mahasiswa Rizal Ramli mengatakan gerakan mahasiswa saat ini tidak begitu diperhitungkan karena banyak pemimpin mahasiswa telah berkompromi dengan kekuasaan.

"Kalau di daerah masih ada perlawanan, tapi di Jabotabek sudah redup. Karena pemimpin-pemimpinnya sudah terkooptasi oleh penguasa," ujar Rizal kepada Rakyat Merdeka Online, Selasa malam (7/5/2013).

Menurutnya sulit bagi mahasiswa selaku kaum intelektual dalam menyuarakan perubahan untuk kehidupan yang lebih baik apabila masih ada pemimpinnya yang mau berdamai dengan rezim yang berkuasa.

Perlawanan mahasiswa-mahasiswa di daerah tidak akan nyambung dengan di Jakarta dan sekitarnya yang telah terkooptasi oleh kekuasaan. Sehingga, aksi protes yang digelar tak lebih dari sekedar rutinitas biasa tanpa melahirkan suatu perubahan.

"Dulu pemimpin mahasiswa akan bertambah militansinya bila ditangkap oleh penguasa. Itu menambah semangat perlawanan. Sekarang, penguasa merangkul mereka untuk diajak damai sehingga tak ada lagi perlawanan," kata bekas aktivis Institut Teknologi Bandung yang pernah ditangkap karena mengkritik kebijakan rezim Orde Baru ini.

Ekonom senior yang juga Ketua Aliansi Rakyat untuk Perubahan (ARUP) ini memastikan bahwa bentuk-bentuk perlawanan mahasiswa yang ada di Jakarta dan sekitarnya dengan sengaja dibuat melempem agar agenda-agenda penyelewengan oleh penguasa tidak terganggu. [rmol/hta]

Komunitas More Parenting Bekerja Sama Dengan Yayasan Pendidikan Dhinukum Zoltan Gelar Seminar Parenting

Sebelumnya

Sahabat Rakyat: Semangat Hijrah Kebersamaan Menggapai Keberhasilan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Komunitas