Politisi di negeri ini tak pantas meniru adegan di Venezuela ini. Suasana seperti ring tinju terjadi di Gedung Majelis Nasional negara itu, Selasa (30/4/2013) malam. Para anggota legislatif ini adu jotos karena tidak mencapai kata sepakat mengenai hasil pemilu Venezuela 14 April lalu. Insiden ini menyebabkan politisi dari fraksi oposisi babak belur dan berlumuran darah.
Sebagaimana disiarkan Rakyat Merdeka Online, aksi barbar itu terjadi ketika Majelis Nasional yang dikuasai partai pemerintah, meloloskan usulan untuk membatalkan hak bicara kelompok oposisi sebelum mereka mengakui Nicolas Maduro sebagai presiden.
Sebelumnya, Komisi Pemilihan Nasional (CNE) menyatakan, Maduro menang tipis dengan selisih 1,49 persen suara dari pesaingnya Henrique Capriles. Maduro resmi menggantikan mendiang Presiden Hugo Chavez yang mangkat bulan lalu.
Setelah palu diketuk, sontak ruang rapat menjadi kacau. Kursi banyak yang berterbangan. Para politisi saling caci, tidak peduli bahwa aksi mereka sedang direkam stasiun televisi lokal dan internasional. “Mereka (pendukung Maduro) menolak hak bicara kami. Ini adalah pelanggaran kekuasaan,” protes Nora Bracho dari kubu oposisi.
Pihak oposisi mengatakan, tujuh anggota parlemen mereka diserang dan terluka ketika memprotes usulan itu.
Anggota fraksi oposisi mengatakan, mereka merasa dihina dan memang sengaja dianiaya para pendukung kubu berkuasa, Partai Sosialis Bersatu Venezuela, menyalahkan pihak oposisi sebagai pihak yang memulai aksi adu jotos tersebut.
Politisi oposisi, Julio Borges, muncul di televisi dengan wajah berdarah. “Hanya saya saja yang kena pukul parah,” komentar Borges kepada Globovision.
''Pukulan yang kami terima akan membuat kami lebih kuat,'' katanya.
Rekan Borges, Maria Corina, kepada CNN, mengatakan bahwa dia juga kena serang dari belakang dan ditendang hingga terjatuh ke lantai. “Itu adalah serangan yang kasar, pengecut dan tidak bertanggung jawab,” komentar Corina.
Beberapa jam setelah kabar muncul di publik, Maduro unjuk suara dan meminta agar provokator adu jotos harus dihukum.
''Terkait dengan kejadian di Dewan Nasional tidak bisa dimaafkan. Kami tidak menerima aksi kekerasan. Kami tidak bisa membiarkan masalah ini berlanjut,'' tegas Maduro.
Capriles, Senin (29/4/2013), mengatakan Maduro telah secara tidak sah mencuri kepresidenan. Dia memiliki batas waktu hingga 6 Mei untuk mengajukan tuntutan resmi ke Mahkamah Agung.
Capriles mengatakan bahwa dia tidak ragu bahwa perselisihan ini akan berakhir melalui sebuah badan internasional.
Kondisi politik Venezuela belum juga stabil pasca pemilu. Sedikitnya delapan orang tewas dalam protes yang disertai kekerasan, beberapa hari setelah pemungutan suara. [ans]
KOMENTAR ANDA