post image
keluarga besar Uje
KOMENTAR
Isak tangis para tamu seketika tak terbendung, ketika Pipik Dian Irawati Popon, istri almarhum Ustad Jefri Al-Buchori atau Uje membicarakan kenangan indahnya bersama sang suami saat tahlilan malam kedua yang digelar di rumah duka di Rempoa, Tangerang Selatan, Sabtu (27/4/2013) malam.

Tahlilan yang disiarkan langsung Metro TV melalui program khusus Just Alvin itu, dihadiri ratusan tamu yang mendoakan ustad gaul yang meninggal saat motor yang dikendarainya mengalami kecelakaan tunggal.

Satu persatu sanak saudara, sahabat dan rekan-rekan Uje sesama Dai memberikan tausiah mengenang kebaikan almarhum Uje. Tidak terkecuali Pipik Dian Irawati Popon, istri almarhum Ustad Jefri.

Saat berbicara di hadapan para tamu, Pipik masih berduka. Dia terisak. Suaranya parau dan terbata-bata. Ratusan tamu yang dihadiri sanak keluarga, sahabat dan rekan-rekan Uje sesama Dai, juga larut dalam kesedihan.

Atmosfir serupa juga tampak di dalam studio, tamu Just Alvin, yang menghadirkan sahat-sahabat Uje yakni, Eddies Adelia, Wanda Hamidah, Nia Paramitha dan Rico Ceper.

Berulang kali Wanda Hamidah dan Nia Paramitha terlihat menghapus air mata saat
menyaksikan Pipik berbicara lebih kurang 15 menit itu. Saking tak kuasa menahan kesedihan, Eddies Adelia sudah tidak terlihat ketika Alvin Adam menutup program bertema "Selamat Jalan Ustadz" tepat pukul 21.05 WIB.

Berikut ini adalah penuturan Pipik saat tahlilan malam kedua yang disiarkan Metro TV di program Just Alvin, Sabtu (27/4/2013) malam.


Uje dan keluarganya saat Ramadhan tahun lalu [Foto: @PipiknaUJE]

"Uje buat saya, beliau selain suami, beliau guru buat saya. Saya bangga luar biasa. Saya selalu ingat kata-kata beliau, yang selalu mengajarkan saya dan anak saya. Ke anak saya beliau selalu bilang, Abi tidak akan pernah memaksa kalian harus seperti Abi. Kalian sudah bermanfaat untuk orang lain saja, Abi sudah senang.

Mau kalian jadi apapun kalian harus beriman, jangan tinggalin salat. Selalu setiap kali bertemu siapapun, baik itu pemulung, kalian harus mendoakan dia. Itu yang selalu diterapkan kepada anak-anak.

Dan beliau mencontohkan hal-hal yang luar biasa. Seperti di lampu merah, ada penjual apapun, beliau selalu beli. Sampai anak-anak (bertanya), Abi buat apa beli kemoceng. Udah beli saja yang penting bermanfaat. Yang terpenting mereka pulang bawa rezeki buat istri dan anak-anaknya. Itu yang selalu dicontohkan kepada anak-anak.

Maaf, terus ada peminta-minta dia selalu bilang ke anak-anak, ayo siapa yang mau ngasih, ayo siapa yang punya uang. Lalu anak-anak saling berebutan mencari di kantongnya masing-masing.

Dan beliau juga selalu menasehati saya, kamu harus jadi wanita yang kuat. Karena kamu adalah ibunya muslimat-muslimat semuanya.

Kamu harus bisa mendidik anak-anak, karena lima menit kedepan kita gak pernah tau skenario Allah untuk kita, lima menit ke depan, abi gak pernah tau apa yang akan terjadi pada diri abi. Jadi kamu harus kuat, kamu harus siap.

Dan Allah membuktikan itu. Lima menit gak pernah tau, takdir baik seperti ini. Dan saya bangga luar biasa.

Beliau juga mengajarkan saya, jika kita dicaci maki, kita dizolimi, kita jangan pernah membalasnya dengan caci makian. Doakan mereka. Itulah sesungguhnya kemuliaan.

Saya, juga berterimakasih kepada semua masyarakat dimanapun. Saya yakin beliau sekarang sudah bertemu dengan Rasulullah Alaihi wassalam, yang menjadi kebanggan beliau.

Setiap mau tidur, saya tidak pernah tidak mendengar dari mulut beliau bersenandung, bershalawat. Tidak pernah tidak dengar. Sampai belakangan ini juga selalu begitu.

(Pipik terisak. Dia terdiam sesaat....)

Sewaktu saya melihat dan menyaksikan sendiri, begitu banyak antusiasme masyarakat yang ingin memegang keranda, menggendong dan ingin mensolatkan, ingin mengantar ke pemakaman. Di dalam mobil jenasah saya peluk keranda, saya ngobrol. Dan saya yakin suami saya mendengarkan saya. Saya bilang, Abi, Umi bangga punya suami seperti Abi. Abi bangga, Allah kirimkan manusia seperti Abi.

Karena saya sama beliau dari nol. Karena saya juga bukan... bukan...bukan... Saya juga bukan wanita, bukan wanita yang baik-baik...kita berdua mengarungi perjalanan yang luar biasa. Kita berdua susah senang. Ini adalah ujian yang harus saya nikmati berdua.

Saya bilang, Abi bisa lihat ribuan masyarakat mengagumi Abi. Abi bangga...Abi bangga. Umi janji, Umi akan mendidik anak-anak, membesarkan anak-anak. Sehingga Abi bangga sama mereka. Mereka akan menjadi besar seperti Abi. Saya bicara seperti itu.

"Umi bangga punya suami seperti Abi. Abi bangga, Allah kirimkan manusia seperti Abi" [foto @PipiknaUJE]

Ya Allah,
Saya ingat satu, saya ingat terakhir kemarin. Saya gak menganggap ini firasat. Tapi saat siang, saya tidur sama beliau, beliau pegang tangan saya. Terus beliau bilang, Umi belajar dong, mandiin jenasah. saya bilang gak ah, takut.

Gak apa-apa, kita coba yuk, Dikaffa-nin. Siapa yang jadi modelnya Bi, saya bilang begitu. Terus dia bilang, Abi saja yang jadi modelnya. Ya sudah kita berdua saja yang jadi modelnya. Saya bercandain begitu. Atau Umi yang jadi Malaikatnya deh, terus umi tanya, "Man Robbuka". Saya masih becandain seperti itu. Dan beliau ketawa..

Beliau..beliau..ngajak saya baca "Subhanal Malikil Quddus", yang selalu beliau baca sebelum memulai ceramah. Ayo, Mi, kita baca bareng-bareng. Terus saya bilang, Abi, kok saya baca "Subhanal Malikil Quddus" suka terbalik-balik yah. Lalu beliau tuntun saya.

Dan saya ingat kata-kata terakhir beliau di sini, di meja makan. Beliau bilang, kalau Abi masuk surga, terus Abi melihat gak ada orang tua Abi di situ, Abi akan tanya sama Allah, ya Allah, saya tidak mau masuk surga karena tidak ada orang tua saya. Saya mau keluar mencari orangtua saya.

Lalu dia bertanya kalau Abi masuk surga, gak ada anak-anak Abi, Abi akan bilang sama Allah. Ya Allah saya masuk surga tapi kamu meninggalkan anak-anak saya.

Kalau Abi masuk surga, Abi gak melihat ada Umi, Abi akan keluar, ya Allah kenapa gak ada istri saya. Jadi, buat saya beliau lebih mengutamakan orang lain terlebih dahulu.

Salamun khairotim muttaqin, semoga kita semua penghuni kuburnya dan surganya bisa berkumpul bersama di sana.

(Menangis tersedu. Sesaat kemudian...)

Terimakasih. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Pipik Dian Irawati Popon: "Umi janji, Umi akan mendidik anak-anak, membesarkan anak-anak. Sehingga Abi bangga sama mereka." 

Menghilangnya Karakter Kebangsaan pada Generasi Z

Sebelumnya

Hilangnya Jati Diri Seorang Siswa

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Opini