post image
KOMENTAR
Puluhan ilmuwan dan peneliti dari berbagai universitas di dunia telah memberikan ucapan selamat dan menyampaikan kekaguman mereka terhadap penelitian yang dilakukan di situs megalitikum Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, dalam dua tahun terakhir ini.

Penelitian ini menemukan fakta bahwa apa yang seharusnya disebut sebagai situs Gunung Padang bukan hanya permukaan tanah seluas 900 meter per segi bersama bebatuan di atasnya. Melainkan meliputi keseluruhan bangunan yang diduga kuat ada dan tertimbun di bawahnya.

Berbagai media dalam dan luar negeri pun telah mempublikasikan hasil penelitian tersebut.

Keberadaan bangunan yang tertimbun itu diketahui dari pengujian georadar dan geolistrik sebagai bagian dari penelitian di kawasan potensi bencana patahan Cimandiri. Belakangan uji carbon dating yang dilakukan laboratorium Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) dan lanboratorium di Miami, Amerika Serikat, memperlihatkan usia sample yang diperoleh dari coring di sejumlah titik di kawasan itu lebih tua dari dari 11 ribu tahun.

Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana (SKP BSB) Andi Arief mengatakan, selema ini dirinya menahan diri untuk tidak mempublikasikan ucapan-ucapan selamat dan kekaguman dari peneliti-peneliti asing itu. Ini dilakukan karena ia merasa bahwa penelitian di Gunung Padang harus dilikakukan oleh ilmuwan dalam negeri.

"Karena ini adalah bukti bahwa bangsa kita memiliki masa lalu yang gemilang, jauh lebih gemilang daripada yang diceritakan dan dikisahkan selama ini," ujarnya.

Tetapi belakangan Andi Arief kecewa karena upayanya menggalang persatuan di kalangan ilmuwan kebumian di tanah air digagalkan oleh sekelompok peneliti yang selama ini menguasai jagad penelitian, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Untuk mementahkan hasil penelitian yang dilakukan Tim Terpadu Riset Mandiri yang dimotori DR. Danny Hilman Natawidjaja dan kawan-kawan, Puslit Arkenas menggunakan hasil penelitian yang patut diduga bodong dan manipulatif, serta menghabiskan uang negara.

Selain Kemeterian Pendidikan dan Kebudayaan, Andi Arief juga menuding dua kementerian lain, yakni Kementerian Riset dan Teknologi dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) hanya sekadar melakukan copy paste dalam penelitian yang mereka lakukan untuk mementahkan hasil penelitian Tim Terpadu Riset Mandiri.

"Tentu di sebuah paper tiga Kementerian itu bisa berbohong. Tapi 12 doktor dari berbagai bidang ilmu di Tim Terpadu Riset Mandiri yang sudah menemukan banyak bukti dengan berbagai metode yang dapat dipertanggungjawabkan, merasa tiga Kementerian ini tak bersungguh-sungguh mengurus dunia riset Indonesia," ujar Andi Arief.

Dia juga mengatakan Puslit Arkenas dengan sepengetahuan Wamendikbud telah bersekongkol menggelar pertemuan dua hari lalu dan tanpa dasar yang jelas menyatakan riset Tim Terpadu Riset Mandiri tidak ilmiah. [rmol/hta]

FOSAD Nilai Sejumlah Buku Kurikulum Sastra Tak pantas Dibaca Siswa Sekolah

Sebelumnya

Cagar Budaya Berupa Bangunan Jadi Andalan Pariwisata Kota Medan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Budaya