Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Eva Kusuma Sundari mengaku resah dengan mahalnya ongkos politik bagi caleg melenggang ke parlemen.
"Persaingan antar caleg separtai dan antar partai makin ketat, dan ini ditangkap pemilih makin demanding sehingga permintanya macam-macam," ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Selasa (23/4/2013).
Diceritakan Eva, pada Pemilu 2009, ongkos politik yang dikeluarkannya naik 400 persen dibanding Pemilu 2004. Ketika sistem pemilu proporsional tertutup digunakan pada 2004 dia mengeluarkan dana kampanye Rp225 juta. Kemudian meningkat menjadi sekitar Rp800 jutaan ketika diterapkan sistem proporsional terbuka pada 2009.
Untuk itu, pada Pemilu 2014 mendatang, Eva akan menekan biaya kampanye seminim mungkin.
"Saya siapkan semampuku, maksimal Rp1 miliar karena targetku peringkat ketiga di Dapil Jatim VI yang PDIP menargetkan empat kursi. Di atas itu sudah di luar batas kemampuan. Saya tidak akan melakukan money politic, semata-mata untuk operasional," jelasnya sebagaimana disiarkan Rakyat Merdeka Online.
Guna menekan biaya kampanye, anggota Komisi III DPR ini juga berharap dari mekanisme gotong royong yang memungkinkan terjadinya subsidi silang antar caleg. Ditambah dengan biaya yang kemungkinan turun karena sudah terbina hubungan politik di Dapil tersebut selama lima tahun ini.[ans]
KOMENTAR ANDA