MBC. Publik masih mempertanyakan rencana Konvensi yang akan digelar Partai Demokrat. Mekanismenya apakah terbuka atau demokratis, dan siapa sebenarnya yang menentukan kata akhir menjadi capres di antara nama-nama yang ikut konvensi itu.
Jeffrie Geovanie, Board of advisor Center for Strategic and International Studies (CSIS) mengaku belum tahu persis atas hal itu. Tapi dia berharap, Demokrat terbuka baik dalam mekanisme maupun dalam penetapan hasil akhir dari konvensi ini.
“Kalau tidak terbuka dan demokratis, akan jadi bomerang,” katanya Sabtu, (20/4/2013).
Selain itu, Jeffrie berharap, konvensi Partai Demokrat tidak seperti Konvensi Golkar dulu di tahun 2004.
Karena, menurut dia, konvensi Golkar elitis dan tertutup dilihat dari sisi pemilihnya. Pemilih sama sekali tidak terlibat. Yang memilih dalam konvensi Golkar adalah pengurus Golkar sendiri, dari cabang sampai DPP.
''Kita tahu bahwa konvensi seperti yang digelar Partai Golkar itu rawan terhadap politik uang. Lebih dari itu hasilnya tidak mencerminkan aspirasi pemilih,'' papar Jeffrie.
Karena mekanismenya yang kurang tepat, sambung dia, Wiranto yang ditetapkan sebagai calon dalam konvensi itu kalah jauh oleh SBY dan Megawati padahal Golkar waktu itu partai pemenang.
Bercermin pada pengalaman Golkar, sebagai warga, Jeffrie berharap bahwa yang menentukan siapa yang menjadi calon presiden di antara peserta konvensi itu adalah rakyat, pemilih pada umumnya.
Kalau cara ini yang dipakai, Jeffrie yakin yang terpilih bukan hanya terbaik di antara peserta konvensi tapi juga kompetitif dengan calon dari partai-partai lain. ''Peluang untuk menang Pilpres menjadi lebih terbuka,'' ujarnya sebagaimana disiarkan Rakyat Merdeka Online [ans]
KOMENTAR ANDA