post image
KOMENTAR
Deddy Mizwar menilai secara bisnis, film belum menguntungkan sementara dari segi kebudayaan, film belum bisa digunakan sebagai sarana mencerdaskan bangsa.

Meski ada Undang-Undang Nomor 33 tentang Perfilman, ia berpendapat undang-undang tersebut masih berantakan.

"Pemerintah mengajukan undang-undang tadi untuk pemerintah, bukan untuk masyarakat film. Memang belum ada keberpihakan ke masyarakat film," kata aktor dan sutradara Deddy Mizwar usai diskusi "Menata Ulang Infrastruktur Industri Agar Lebih Berpihak Pada Perfilman Nasional" di Jakarta, Selasa.

Sedangkan Zairi Zain, produser film yang juga pernah menjadi anggota Badan Pertimbangan Perfilman Indonesia (BP2N), merasa film Indonesia belum menjadi industri.

Dunia perfilman dapat disebut industri film bila ada kebijakan dan dukungan dari instansi terkait. "Belum ada keinginan politik untuk  membangun film sebagai industri," tambah pemeran Naga Bonar itu.

Bila ingin membangun industri film, semua itu harus memiliki landasan hukum, baru kemudian masuk langkah-langkah yang ditempuh dalam memajukan dunia film.

"Misalnya, membangun industri film dari sumber dayanyakah? Infrastruktur, termasuk bioskop dan tata edar seperti apa? Arbitrase, bagaimana kalau ada sengketa antara sutradara dan produser?" tanyanya.

Masih banyak hal yang perlu diperhatikan film Indonesia. Ia mengutip pasal 32 yang mengharuskan pelaku usaha pertunjukkan film memutarkan sekuran-kurangnya 60 persen film Indonesia. Menurutnya, masih harus diperhatikan bagaimana tata edar yang berlaku.

Duduk bersama pemerintah dan masyarakat film menurutnya dapat menjawab kegelisahan insan film Indonesia.

"Tidak perlu pintar dalam masalah film, tapi bagaimana mereka mengomunikasikan problem-problem yang dihadapi masyarakat film. Mari kita bangun bersama," katanya.

Meski begitu, ia tidak mengganggap salah bila keinginan politik memang belum ada.

"Jangan salahkan pemerintah kalau memang political will belum ada. Tapi, kalau mau maju, ya, harus ada political will. kalau nggak ada juga enggak apa-apa," tuturnya seraya tersenyum. "Tapi kita tetap optimistis. Orang film buat film karena pingin buat film." [rob]





FOSAD Nilai Sejumlah Buku Kurikulum Sastra Tak pantas Dibaca Siswa Sekolah

Sebelumnya

Cagar Budaya Berupa Bangunan Jadi Andalan Pariwisata Kota Medan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Budaya