Pilot yang menerbangkan pesawat Lion Air jurusan Bandung-Denpasar yang tergelincir masuk ke laut hari Sabtu lalu (13/4/2013), sempat berusaha membatalkan pendaratan. Namun, saat hendak melakukan manuver yang tergolong biasa itu, pesawat malah terasa seakan tertarik ke bawah.
Reuters mendapatkan informasi dari sebuah sumber yang tidak disebutkan. Informasi itu diturunkan Reuters sekitar tiga jam lalu.
Kapten Mahlup Gozali disebutkan memiliki pengalaman 15 ribu jam terbang dan mengantongi sertifikat instruktur terbang.
Informasi yang diperoleh Reuters mengatakan bahwa menurut sang pilot pada ketinggian antara 400 hingga 200 kaki pesawat terbang menembus hujan deras yang membuat pandangan kabur.
Karena tidak mampu melihat runaway, menurut sumber Reuters itu, sang kapten memutuskan untuk membatalkan pendaratan dan membuat manuver go around yang terbilang sebagai manuver biasa bagi semua pilot terlatih. Tetapi, pesawat tidak dapat naik. Sang pilot merasa seolah-olah pesawatnya tertarik ke bawah.
"Saat itu ada hujan deras dari timur ke barat. Sangat deras," ujar sumber yang dikutip Reuters sambil mewanti-wanti agar namanya tidak disebutkan karena tidak memiliki otoritas untuk menyampaikan hal ini.
Reuters juga menyebutkan bahwa penjelasan dari sumber yang mereka peroleh ini bertentangan dengan penjelasan dari Kepala Stasiun Cuaca Bandara Ngurah Rai, Erasmus Kayadu. Menurutnya, tidak ada hujan ketika kecelakaan terjadi. Sementara jarak pandang sekitar 10 kilometer.
Data dari stasiun cuaca bandara menyebutkan angin bertiup sekitar 11 kilometer per jam dengan awan tebal yang tergantung rendah.
Ketika Lion Air hendak mendarat sebuah pesawat Garuda mengikuti di belakangnya menanti giliran untuk landing, dan sebuah pesawat lainnya sedang menanti giliran untuk take off setelah pendaratan Lion Air. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA