MBC. Langkah Presiden SBY membuat akun twitter mengindikasikan beberapa hal. Salah satunya, tingkat kepercayaan SBY kepada para staf ahli dan jurubicara Kepresidenan yang terus memudar.
"SBY Sudah tidak percaya lagi pada staf ahli dan jurubicaranya," kata pengamat politik Universitas Parahyangan (Unpar) Bandung Asep Warlan Yusuf sesaat lalu Kamis, (11/34/2013).
Karena kepercayaan itu sudah memudar, kata Asep, SBY merasa perlu berkomunikasi langsung secara terbuka dengan publik. Dan tidak mustahil, SBY juga akan menyampaikan berbagai informasi kegiatan dan pandangan atas suatu hal, yang seharusnya sudah menjadi bagian dari tugas staf Istana dan jurubicara.
Bila pun SBY masih menaruh kepercayaan, lanjut Asep, mungkin ada alasan lain yang terkait dengan kinerja. Artinya fungsi komunikasi yang selama ini dilakukan oleh para pembantunya itu sudah dinilai tidak efektif lagi.
"Sehingga SBY merasa harus menjawab semua keluhan publik," kata Asep seperti disiarkan Rakyat Merdeka Online.
Asep tidak setuju dengan langkah SBY ini.
Menurut Asep, gaya komunikasi ala dunia twitter sangat cair dan gaul. Di twitter tidak bisa lagi menggunakan bahasa formal, yang memang harus dipegang oleh seorang kepala negara. Publik pun akan bisa berkata sesukanya kepada SBY.
"Saya ilustrasikan, dengan kecenderungan komunikasi twitter kita saat ini, bisa saja akan ada orang mengatakan, hai elu SBY gua kecawa. Nah kalimat lebih kotor dari itu bisa saja keluar kepada kepala negara," kata Asep mengingatkan. [ans]
KOMENTAR ANDA