MBC. Boleh-boleh saja SBY meniru pemimpin di belahan dunia lain dengan menggunakan akun twitter sebagai media untuk berkomunikasi dengan publik. Namun beberapa hal yang patut dicermati oleh SBY.
Hal pertama, kata pengamat politik Universitas Parahyangan (Unpar) Bandung Asep Warlan Yusuf, terkait dengan budaya Indonesia. Indonesia, sebagai bagian dari kawasan Timur, masih memiliki tatakrama yang tidak sebebas di Barat. Dengan terlibat aktif di twitter, SBY harus masuk ke dalam sebuah dunia yang lagi tak mengenal batas etik.
Hal kedua, kata Asep, terkait dengan gaya komunikasi ala dunia twitter yang sangat cair dan gaul. Di twitter tidak bisa lagi menggunakan bahasa formal, yang memang harus dipegang oleh seorang kepala negara. Publik pun akan bisa berkata sesukanya kepada SBY.
"Saya ilustrasikan, dengan kecenderungan komunikasi twitter kita saat ini, bisa saja akan ada orang mengatakan, hai elu SBY gua kecawa. Nah kalimat lebih kotor dari itu bisa saja keluar kepada kepala negara," kata Asep kepada Rakyat Merdeka Online, Kamis (11/4/2013).
Menangapi atau tidak atas kicauan seperti itu, Asep menilai wibawa dan kharisma SBY yang selama ini selalu dijaga melalui pembangunan citra yang dikemas sedemikian rupa akan jatuh. Niat SBY membangun komunikasi dengan publik, justru akan menurunkan wibawa jabatan kepala negara.
"Dengan cara SBY ini, wibawa dan kehormatan seorang kepala negara bisa rusak dan hancur," demikian Asep. [hta]
KOMENTAR ANDA