MBC. Pengakuan 11 anggota Kopassus bahwa mereka adalah penyerang Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, Yogyakarta yang menewaskan empat tahanan diapresiasi sejumlah kalangan.
Terlebih prajurit pasukan elit TNI Angkatan Darat ini bersedia menerima sanksi apapun atas kejahatan mereka.
"Banyak pihak kasih apresiasi atas sikap gentle Kopassus. Saya pun pantas kasih apresiasi atas sikap 'kelalaki-lakian' mereka," ujar Sekretaris Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) Cabang Jakarta Mamun Murod Al Barbasy pagi ini Kamis, (11/4/2013).
Namun, dosen FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta ini mengingatkan, hendaknya apresiasi tersebut tidak berlebihan, seperti wacana memberikan tanda penghargaan karena sudah memberantas preman, atau sampai penggalangan 11 ribu tandatangan untuk 11 Prajurit Kopassus tersebut.
Karena, sambungnya, dosa-dosa militer di masa lalu terlalu banyak. Cukup lama militer jadi kekuatan politik dominan di negeri ini.
"Kejahatan kemanusiaan militer terlalu kerap dilakukan dari Peristiwa 1965, peristiwa Warsidi, Haur Koneng sampai Tanjung Priok dan banyak lagi," katanya seperti disiarkan Rakyat Merdeka Online.
Bahkan, tak jarang dosa-dosa TNI itu secara khusus dilakukan dari kesatuan Kopassus. Misalnya, penculikan aktivis jelang dan pada awal reformasi oleh Tim Mawar. Bahkan 13 aktivis belum kembali hingga saat ini. "Atas dasar ini, sekali lagi, sebaiknya apresiasi atas diri Kopassus biasa aja, jangan berlebih." [ans]
KOMENTAR ANDA