post image
KOMENTAR
MBC. Kaum pemuda kini  lebih suka have fun dan hiburan. Diperkirakan cenderung memilih partai nasionalis. Sedangkan yang religius terpecah ke partai Islam dan nasionalis. Suara generasi akan ‘liar’ alias sulit dipegang saat pemilihan.

Koordinator Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Sebastian Salang mengatakan, dukungan pemuda bisa menentukan sukses tidaknya peserta pemilu. Tak hanya di Indonesia, di setiap negara manapun partisipasi pemuda dalam pemilu selalu dominan.

Bahkan, kata dia sebagaimana disiarkan Rakyat Merdeka Online, ketika kampanye pemilu posisi pemuda sangat dominan, melampaui 90 persen dari keseluruhan masa yang hadir dalam kampanye.

''Jumlah suara pemuda puluhan juta. Ketika kampanye mereka pun yang paling aktif berkontribusi, bukan generasi tua,'' tutur Salang, kemarin.

Salang menceritakan, sejarah membuktikan, sebelum kemerdekaan, awal kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru, sampai Orde Reformasi, partisipasi pemuda dalam menyuarakan demokrasi tak terbantahkan.

Dia mencontohkan, sumpah pemuda tahun 1928 dikumandangkan pemuda. Proklamasi kemerdekaan 1945 dan reformasi 1998, juga digagas tokoh-tokoh pemuda. “Pemuda punya kekuatan otot dan otak. Ini yang membedakan mereka dengan generasi tua,” sindirnya.

Menurutnya, diperlukan perlakuan khusus meraih suara pemuda yang jumlahnya puluhan juta. Kata Salang, ada dua jurus yang bisa dipasang untuk meraih simpati kaum muda. Yakni jurus klasik dan psikologis.

Jurus klasik, dilakukan dengan penawaran program yang menyangkut kepentingan pemuda secara bahasa alias lewat janji. Sedangkan jurus psikologis, mendekati pemuda dengan memfasilitasi minat dan bakat mereka.

Jurus psikologis, yakin Salang, efektif diterapkan oleh parpol, caleg dan capres untuk meraih suara pemuda. Seoalnya, pemuda masa sekarang lebih suka hiburan, hura-hura, have fun dan kumpul-kumpul, ketimbang berdiskusi dan ikut seminar.

Sementara pengamat Politik Iberamsjah bilang, pemuda akan sangat berpengaruh pada kesuksesan parpol peserta Pemilu 2014. Secara umum, nilai dia, pemuda termasuk kelompok yang belum solid menentukan pilihannya pada parpol tertentu.

Menurut dia, media kampanye yang efektif untuk merangkul pemuda adalah media sosial seperti Facebook atau Tritter. Pemuda saat ini sudah tidak percaya lagi atau tertarik dengan cara kampanye memperbanyak spanduk, brosur ataupun baliho.

''Masyarakat kita semakin kritis. Jadi baliho atau sapanduk sudah tidak berkoreleasi dengan kepercayaan. Media sosial lebih efektif untuk mempengaruhi pemuda,''ujarnya.

Ia mencontohkan Presiden Amerika Barack Obama yang berhasil meraup suara terbanyak karena berkampanye lewat media sosial ke kalangan pemuda. Dia menyebut kalangan pemuda sekarang punya hobi dan minat yang tinggi terhadap media sosial.

''Anak muda itu masih mencari identitas, haus informasi, emosional dan mempengaruhi orang-orang di sekitarnya dan biasanya cenderung ekstrim.'' [ans]

PHBS Sejak Dini, USU Berdayakan Siswa Bustan Tsamrotul Qolbis

Sebelumnya

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN NELAYAN (KPPI) DALAM MENGATASI STUNTING DAN MODIFIKASI MAKANAN POMPOM BAKSO IKAN DAUN KELOR DI KELURAHAN BAGAN DELI

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Peristiwa