Dampak dari rencana menaikkan tarif ongkos angkutan umum (angkot) di Kota Medan dinilai akan menambah kemacetan. Pasalnya, warga akan cenderung memilih kredit sepeda motor ketimbang mengeluarkan uang Rp 300 ribu hingga 500 ribu untuk bayar angkot.Diketahui, tarif ongkos angkutan di Kota Medan segera naik yakni menjadi Rp2.500 untuk pelajar dan mahasiswa dari sebelumnya Rp1.800,-/estafetnya.
Sedangkan bagi penumpang umum menjadi Rp3.800 dari sebelumnya Rp2.800. Kenaikan tarif tersebut tinggal menunggu SK Walikota Medan.
Menurut salah seorang warga, Anita Kencanawati, dengan besarnya tarif angkutan kota maka akan bertambah lagi warga yang memilih membeli sepeda motor demi menghemat ongkos, belum lagi jika mereka harus 2 kali naik angkot menuju kantornya.
"Jadi jangan salahkan kalau Medan akan semakin macet," ujar Anita.
Pendapat serupa disampaikan warga lainnya, Dadok. Menurutnya, rencana kenaikan tarif angkutan tersebut akan memicu warga untuk memilih kredit sepeda motor.
"Bayangkan, saya harus keluarkan anggaran Rp 500 ribu per bulan untuk biaya ongkos anak saya ke sekolah. Uang segitu sudah cukup untuk kredit kereta (sepeda motor-red), lebih hemat dan efektif, karena keretanya juga bisa dipergunakan sehari-hari," ujar Dadok.
Dadok bilang, rencana kenaikan tarif angkot ini tidak realistis. Apalagi pemerintah sudah memberikan subsidi BBM untuk para pengusaha angkutan. "Jadi, tidak adil saja," ujar Dadok, warga Tanjung Mulia, Medan itu.
Jika warga sudah berlomba-lomba untuk kredit sepeda motor, dampaknya justru dialami oleh angkot itu sendiri karena akan sepi penumpang. "Kondisi ini tentu akan menimbulkan masalah baru, sebab pemilik angkot akan saling berebut mencari penumpang dengan cara mengabaikan rambu-rambu lalu lintas. Dampaknya, jalanan akan terganggu sehingga kemacetan pun terjadi," pungkas Dadok. [ded]
KOMENTAR ANDA