Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Heru Prakoso menegaskan, bentrok yang terjadi di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Medan, Jumat dini hari tadi tidak berkaitan dengan unsur SARA, meski para korban tewas merupakan warga yang berasal dari agama Buddha dan para pelaku berasal dari agama Islam.
"Ini untuk mengklarifikasi informasi yang berkembang sejak pagi tadi," kata Heru, ketika ditemui di Jalan Agus Salim, Medan, Jum'at (5/4/2013).
Heru menjelaskan, kelompok yang bentrok ternyata berasal dari pengungsi Rohingya yang mengungsi karena konflik di Myanmar dengan kelompok nelayan yang ditahan karena bermasalah.
"Jadi para korban ini adalah warga Myanmar yang ditangkap karena kasus pencurian ikan, namun karena bermasalah dengan dokumen keimigrasiannya, maka mereka ditahan di Rudenim," kata Heru menambahkan.
Heru membenarkan, bentrok antara pengungsi Rohingya dengan kelompok Anak Buah Kapal (ABK) terjadi karena masalah dugaan pelecehan perempuan pengungsi Rohingya. Dimana tiga hari yang lalu, seorang perempuan Rohingya mengadu telah mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh kelompok ABK.
"Pengaduan ini disampaikan kepada Ustadz Ali, orang yang dituakan di kelompok pengungsi Rohingya," lanjut Heru.
Atas inisiatif Ustadz Ali, kedua kelompok akhirnya didamaikan, Kamis (4/4/2013).
Namun menurut Heru, kelompok pengungsi Rohingya terlihat belum puas dengan hasil perdamaian tersebut. Sehingga pada malam sebelum peristiwa terjadi, Ustadz Ali kembali mengajak kelompok pengungi Rohingya berunding.
"Nah ketika kelompok ini berunding, salah seorang ABK nyeletuk yang membuat kelompok pengungsi marah," ujar Heru.
Tidak sampai di situ saja, setelah beberapa saat ternyata seorang kelompok ABK tiba-tiba muncul dengan membawa benda tajam dan hendak menusuk Ustadz Ali, yang sedang berunding. Hal ini berlanjut pada pergumulan antara keduanya. Ustadz Ali berhasil meraih benda tajam tersebut dan mencoba membalas.
"Kondisi inilah yang kemudian secara spontan membuat kelompok pengungsi Rohingya mengamuk dan mengejar pelaku hingga kepada kelompok ABK, yang menewaskan 8 orang ini," jelas Heru.
Benda tajam maupun benda tumpul yang digunakan para pelaku menghabisi para korban berasal dari pecahan dipan, kaki kursi dan benda lainnya. [ans]
KOMENTAR ANDA