Gara-gara sikap Poldasu yang terlalu permisif, para bandar judi menjadi besar kepala. Faktanya, dalam setahun ini sudah terjadi tiga kali aksi pengeroyokan yang dimotori bandar judi terhadap polisi yang mau menggerebek. Bahkan ada dua polisi yang tewas dibakar hidup-hidup saat hendak menangkap bandar judi di Sumut.
Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane, dalam siaran persnya yang diterima MedanBagus.Com kemarin menyebutkan aksi pemberantasan judi, terutama toto gelap (togel) di Sumut cenderung tebang pilih.
Menurut dia, ada yang digerebek dan tapi banyak yang tetap buka bahkan bebas beroperasi, sehingga masyarakat cenderung menilai polisi bersikap diskriminatif.
''Sikap diskriminatif ini pula yang kerap memicu kedongkolan warga terhadap polisi. Akibatnya saat ada yang memprovokasi, warga menjadi nekat mengeroyok polisi.''
Pane menyebutkan dalam setahun terakhir ada 3 pengeroyokan polisi yang diprovokasi bandar judi.
Pertama, urai Pane, 26 Februari 2012 dua anggota Polda Sumut tewas dibakar massa. Yakni, Brigadir Ricardo Jefry Sitorus (24) dan Brigadir Cristian Markus Siregar (24).
Saat itu korban bersama tiga rekannya hendak menangkap K bandar togel di Pancur Batu. Kedua, lanjut Pane, 19 Maret 2012 empat polisi yang hendak menggerebek judi bola di Jalan Brigjen Katamso Medan dikeroyok massa.
''Keempatnya berhasil kabur tapi mobil patroli polisi yang mereka gunakan dibakar massa. Ketiga, 27 Maret 2013 Kapolsek Dolok Pardamean Simalungun AKP Andar Siahaan tewas dikeroyok massa saat hendak menangkap bandar Togel di Dusun Merek Raja Huta, Simalungun.''
Pane menilai, terhadap aksi brutalnya para bandar judi, Polda Sumut harus menyatakan perang terhadap perjudian dan segera melakukan operasi besar-besaran untuk menutup praktik-praktik perjudian dan menangkap para bandarnya.
''Jika Polda Sumut masih bersikap permisif dan diskriminasi, jangan heran jika para bandar judi makin nekat melakukan pengeroyokan terhadap para polisi yang akan menangkapnya,'' tantang Pane. [ans]
KOMENTAR ANDA