Pakar Teknologi dari Centre for Information and Development Studies (Cides), Rudi Wahyono di gedung The Habibie Center, Kemang, Jakarta, hari ini (Sabtu, 30/3) mengatakan penggunaan electronic voting (e-voting) dalam agenda pemilihan umum dianggap layak karena pertimbangan ekonomi.
Menurut dia, Pemilu konvensional yang dilakukan saat ini, sangat mahal. Meski begitu dengan biaya seperti itu, hasil pesta demokrasi yang diterima rakyat tidak sebanding.
''Apakah ada jaminan pemilu 2014 melahirkan wakil rakyat yang jujur, bersih dan tidak berperilaku korup?'' ucapnya ragu.
Dalam pembahasannya, pria berkacamata ini menyebutkan bahwa alokasi anggaran untuk pemilu mendatang dua kali lipat dari biaya pemilu sebelumnya yang sebesar Rp8,5 triliun.
''Menkeu Agus bilang kalau anggaran pemilu 2014 diambil dari anggaran negara adalah Rp 16 Triliun,'' jelasnya seperti dilansir Rakyat Merdeka Online.
Masih menurut Rudi, angka itu jelas lebih besar daripada anggaran pemilu di India. Biaya pemilu 2004 di negeri Taj Mahal itu sebesar US$ 286 juta dengan jumlah surat suara 387,4 juta.
Sedangkan biaya pemilu Indonesia tahun 2009 adalah US$ 2,1 miliar dengan jumlah surat suara 174,4 juta buah. Karena itu, pihaknya yakin penggunaan e-voting akan menghemat pengeluaran negara. [ans]
KOMENTAR ANDA