Korea Utara dilaporkan marah besar menyikapi apa yang disebutnya provokasi dari Amerika Serikat karena menerbangkan pesawat pengebom siluman B-2 dan B-52 di Semenanjung Korea dalam misi latihan bersama militer Korea Selatan. Baik B-2 maupun B-52 mampu membawa senjata nuklir.
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, mengeluarkan pernyataan resmi untuk siaga perang kepada rakyat dan militernya. Pertemuan darurat dengan para petinggi militernya dilakukan untuk menyusun rencana serangan bila dibutuhkan ke Korea Selatan, di mana AS memiliki basis pangkalan militer di sana.
Menanggapi ancaman balasan dari Korea Utara, Jurubicara Pentagon di Washington DC, AS, angkat bicara dan mengkritik respons negara komunis itu.
Jurubicara Pentagon, Letnan Kolonel Catherine Wilkinson, dikutip dari New York Times, menegaskan, AS sepenuhnya mampu membela negaranya sendiri maupun sekutunya.
''Retorika dan ancaman yang sering dilakukan Korea Utara merupakan pola yang dirancang untuk meningkatkan ketegangan dan intimidasi dari negara lain,'' katanya.
Di Korsel, suasana agak mencekam. Jurubicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan, Kim Min-seok, mengatakan pihaknya telah mengetahui peningkatan aktivitas unit militer Korea Utara.
''Kami percaya mereka (Korea Utara) akan mengambil langkah-langkah tindakan lebih lanjut,'' kata Min-seok seperti dilansir Rakyat Merdeka Online.
Otoritas intelijen Korea Selatan dan Amerika serius mengawasi manuver balasan dari Korea Utara. Apakah mereka sedang mempersiapkan rudal jarak pendek, menengah, atau jarak jauhnya. [ans]
KOMENTAR ANDA