Presiden SBY menggunakan taktik basi yang terkesan itu-itu saja untuk menarik simpati rakyat. Jurus "dizalimi" dipakainya hanya untuk menutup berbagai kasus hukum yang menimpa pemerintahannya, Partai Demokrat termasuk keluarga Cikeas. Taktik ini pernah digunakan SBY pada tahun 2004, dengan target ketidaksukaan publik berubah jadi simpati.
Aktivis Gerakan Indonesia Bersih, Ahmad Kasino, Sabtu (30/3/2013) menilai ternyata elite lebih mudah dimanipulasi dengan taktik SBY itu. Para petinggi media massa bersimpati, ikut menakut-nakuti rakyat akan ada kudeta. Jenderal-jenderal bersimpati dan mengatakan "libas orang-orang yang akan melakukan kudeta".
Bahkan, katanya, istri mantan presiden Gus Dur, Shinta Nuriyah Wahid sempat terbujuk untuk memberi dukungan kepada SBY. Padahal kudeta hanya halusinasi SBY, yang tidak mungkin terjadi di Indonesia karena militer tidak mau melakukannya.
''Wong, KSAD sendiri iparnya. Masak mau kudeta?'' sindir Ahmad Kasino seperti dilansir Rakyat Merdeka Online.
Saat gaung kudeta berhembus 25 Maret lalu, halusinasi kudeta merugikan negara. 12 ribu lebih personil TNI dan Polri berserakan di Jakarta dengan senjata dan perlengkapan anti kerusuhan. Sudah pasti pengerahan itu menghabiskan miliaran rupiah.
Tetapi rakyat yang ditakuti-takuti kudeta justru tenang-tenang saja. Aktivitas berjalan normal di ibukota.
Tokoh gerakan 98 ini menegaskan rakyat lebih cerdas dan rasional ketimbang elite politik yang mudah dimanipulasi dan dikooptasi. [ans]
KOMENTAR ANDA