Perempuan itu berteriak di tengah kerumunan ribuan massa yang memblokir jalan negara Lintas Sumatera di titik Desa Jambur Padang Matinggi, Panyabungan Utara, Mandailing Natal (Madina), Jumat 22 Maret 2013.
Perempuan yang tidak diketahui namanya itu bersama ribuan warga Kecamatan Naga Juang dan Kecamatan Panyabungan Utara bergerak mmblokir jalan sebagai protes terhadap aksi Brimbob yang menangkap para penambang emas di perbukitan Sihayo Sambung, Kecamatan Naga Juang pada Jumat pagi.
Lokasi tambang rakyat ini bersentuhan dengan wilayah kontrak karya PT Sorikmas Mining sebagai investor pertambangan emas.
"Kami ini bukan PKI, kami ini bukan pemberontak, kami juga bukan teroris. Masa begini dibuat," teriak perempuan itu seperti dilansir dari mandailingonline.com.
Dia berteriak bahwa salah satu penambang yang ditangkap adalah adik laki- lakinya.
Sementara itu, salah seorang tokoh masyarakat Naga Juang, Mangaraja Muda Lubis, mengatakan aksi masyarakat ini adalah spontanitas karena tidak menerima sikap polisi yang menangkap penambang emas di bukit Sihayo.
"Rakyat hanya mencari sesuap nasi untuk anak dan istri. Mereka bukan penjahat, bukan pencuri. Kenapa ditangkap hanya karena menambang emas," kata Mangaraja Muda Lubis.
Kepada Medanbagus.Com, Koordinator Jaringan Advokasi Tambang Rakyat Mandailing Natal, Miswaruddin Daulay, menyebutkan penahanan dan penganiyaan petugas Brimbob kepada warga tersebut merupakan perintah Bupati Madina Hidayat Batubara melalui PT Sorik Mas Maining (PT SMM).
Miswaruddin Daulay bilang, Sabtu (23/3/2013) pagi, 120 orang warga yang menjadi korban penganiyaan, ramai-ramai mendatangi Rumah Sakit Umum Penyabungan untuk menjalani visum.
"Mereka terluka akibat penganiyaan yang dilakukan petugas Brimob. Mereka dipukuli, diinjak-injak dan ditelanjangi. Bahkan ada korban yang dipukul pakai popor senapan AK 47," ujar Miswar Daulay. [ded]
KOMENTAR ANDA