Tahun 1970-an, penyair ternama Indonesia yang ikut menandatangani Manifesto Kebudayaan di era Orde Lama, mengunjungi Uzbekistan.
Ternyata keindahan padang Uzbekistan justru membuat ia teringat kampung halaman yang bernama Indonesia. Pandangan matanya melihat Uzbekistan, namun mata hatinya terkenang pada Sumba, satu daerah di kawasan Indonesia, tepatnya di Nusa Tenggara Timur. Ia pun menulis:
di Uzbekistan, ada padang terbuka dan berdebu/aneh, aku jadi ingat pada Umbu
Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka/ Di mana matahari membusur api di atas sana/ Rinduku pada Sumba adalah rindu peternak perjaka/ Bilamana peluh dan tenaga tanpa dihitung harga.
Adalah Taufik Ismail, si penyair yang dimaksud. Menariknya, Taufik Ismail belum pernah berkunjung ke Sumba, saat menulis puisi itu. Bayangan keindahan alam Sumba hanya ia dengar dari cerita seorang kawan setahun sebelumnya. Taufiq Ismail baru menginjakkan kaki di Sumba 33 tahun kemudian.
Rabu, (20/3) malam ini, bertempat di Hotel Sari Pan Pasifik, Jakarta, sekitar pukul 19.00 WIB, puisi karya Taufik ini menjadi tema utama Malam Budaya yang digelar Rakyat Merdeka Online. Budaya Nusantara selama ini memang menjadi tema malam budaya RMOL yang digelar setiap tahun.
Seperti dilansir Rakyat Merdeka Online, Taufik Ismail pun akan langsung membacakan puisi ini. Malam Budaya ini jadilah malam untuk mengapresiasi keindahan, kebudayaan dan peradaban negeri sendiri.
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, dalam acara malam budaya ini, RMOL juga akan memberi Lifetime Achievement kepada dua tokoh nasional, sementara sejumlah tokoh lainnya akan diganjar Democracy Award. Ada juga sementara sosok yang akan dianugerahi Inspiration Award dan Indonesia Magnificent Award.
Sementara itu, sejumlah tokoh nasional akan menghadiri acara ini. Di antaranya, Taufiq Kiemas, Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Yusril Ihza Mahendra, Tifatul Sembiring, Husni Kamil Manik, Hatta Rajasa, Okke Hatta Rajasa, Roy Suryo, Syarief Hassan, Rizal Ramli, Denny JA, dan lain-lain. [ans]
KOMENTAR ANDA