post image
KOMENTAR
Kongres Himpunan Mahasiswa Islam XXVIII membahas kaderisasi dalam agenda rapat internal yang diselenggarakan di Ruang Serbaguna II, Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta Timur.

"Kami akan membahas sistem internal pengkaderan dan administrasi organisasi," kata Ketua Umum PB HMI Noer Fajrieansyah di Jakarta, Selasa.

Noer menjelaskan dalam pengkaderan tersebut akan dibentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional.

"Orientasi profesi tersebut juga akan dikuatkan dan menjadi fokus dalam pengkaderan ini," katanya.

Dia menyebutkan orientasi tersebut mengadopsi konsep keilmuan yang terkait di bidang masing-masing kader, seperti ekonomi, lembaga dakwah dan penelitian.

"Pengkaderan ini juga untuk mencetak orang-orang pada kepengurusan selanjutnya," katanya.

Pada Senin (18/3) Kongres HMI tersebut juga membahas peraturan tata tertib (tatib), namun sempat diwarnai kericuhan jelang kongres dimulai.

Menurut keterangan Sekretaris Steering Committee Miftahun Najah kericuhan tersebut dipicu karena adanya dualisme kepemimpinan dari dua kubu Ketua Umum Noer Fajrieansyah dan Pejabat Ketua Umum Basri Dodo.

Miftahun menyebutkan ada sekitar 18 cabang di bawah dualisme kepemimpinan tersebut di antaranya HMI cabang Ambon, Kalimantan Timur, Purworejo, Sukoharjo, Cilegon dan daerah lainnya.

"Jadi, cabang-cabang tersebut memaksa untuk membedakan registrasi. Tetapi hal itu tidak bisa dilakukan karena satu cabang harus satu registrasi untuk memasuki forum kongres," katanya.

Kader-kader HMI yang tidak puas atas aturan tersebut melempar kursi dan botol minuman ke arah area kongres. Akibatnya, beberapa papan nama cabang pecah dan suasana di luar forum sempat memanas.

Namun, ketika diminta konfirmasi, Ketum HMI Noer Fajrieansyah menampik akan faktor kericuhan tersebut.

"Itu salah paham biasa, tetapi masih bisa diatasi," katanya.
Noer menjelaskan kericuhan tersebut disebabkan oleh oknum yang meluas ke hal-hal konstitusional.

Dia juga membantah akan adanya dualisme kepemimpinan tersebut.
"Tidak, itu opini yang salah. Ini hanya dinamika kepengurusan yang membuat aspek psikologis oknum memanas," katanya. [rob]

PHBS Sejak Dini, USU Berdayakan Siswa Bustan Tsamrotul Qolbis

Sebelumnya

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN NELAYAN (KPPI) DALAM MENGATASI STUNTING DAN MODIFIKASI MAKANAN POMPOM BAKSO IKAN DAUN KELOR DI KELURAHAN BAGAN DELI

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Peristiwa