post image
KOMENTAR
Juru bicara Partai Hanura, Suhandoyo sepertinya benar-benar memahami mengapa ketujuh jenderal itu sampai hati tidak memasukkan Wiranto dalam daftar bakal capres potensial.

''Saya kira sejak pak Wiranto maju pada Pilpres 2004 mereka sudah berseberangan. Namun, kita tak gentar jika tidak didukung mereka,'' kata Suhandoyo  seperti dilansir Rakyat Merdeka Online hari ini.

Alasan lain, tambah Suhandoyo, Wiranto  kerap melontarkan kritikan pedas kepada pemerintah.

''Tapi seharusnya (kritikan) itu dimaknai sebagai upaya saling mengingatkan  sesama TNI. Tetapi kalau dianggap rival ya silakan,''  tambahnya.

Suhandoyo mengingatkan, seharusnya para pensiunan jenderal itu menganalisis lebih dulu sebelum mengajukan daftar bakal capres potensial itu. Misalnya, membuka lagi track record Wiranto.

Track record Wiranto, menurut Suhandoyo, lebih baik dari bakal capres berlatar belakang militer yang diajukan ketujuh purnawirawan itu.

“Terakhir prestasi beliau (Wiranto) lebih berpihak kepada keutuhan NKRI ketimbang jabatan. Sewaktu 1998 dia sebenarnya dapat mandat dari Presiden Soeharto, tapi dia justru memilih tidak mengambilnya,” ujarnya.

Lebih lanjut, Suhandoyo berpandangan pertemuan Presiden SBY dengan ketujuh jenderal membicarakan soal capres rasanya  tidak elok dilakukan jelang Pilpres 2014. Sebab pertemuan itu dibaca publik sebagai upaya dukung-mendukung.

Kolega Suhandoyo yang juga Ketua DPP Partai Hanura, Saleh Husin, meyakini jagonya tetap lebih moncer ketimbang enam figur bakal capres yang diajukan tersebut.

“Biarkan saja, itu hak mereka menyebut nama-nama. Toh pertemuan tak akan berdampak signifikan pada Pilpres 2014,” ujarnya.

Sementara itu, Peneliti Lembaga Survei Indonesia (LSI) Burhanudin Muhtadi mengatakan, pertemuan Presiden SBY dengan ketujuh pensiunan jenderal sebagai langkah jangka pendek presiden untuk ‘melunakkan’ lawan-lawan politiknya, terutama dari kalangan militer yang selama ini bersuara keras.
 
''Kepentingan jangka pendek untuk mendapat kepastian agar mereka yang sebelumnya vokal, minimal melunak,'' tutur Burhan. 

Sekadar diketahui saat bertemu dengan Presiden SBY pekan lalu, tujuh pensiunan jenderal menyerahkan enam nama bakal capres potensial. Mereka adalah Joko Widodo, Letjen (Purn) Prabowo Subianto, Megawati Soekarnoputri, Mahfud MD, Jusuf Kalla dan Aburizal Bakrie.

Wiranto tak masuk daftar. Padahal tiga dari ketujuh purnawirawan jenderal yang menghadap Presiden adalah pendiri Partai Hanura. Mereka adalah; Jenderal (Purn) Fachrul Razi dan Letjen (Purn) Suadi Marasabessy dan Jenderal (Purn) Subagyo HS .

Empat jenderal sisanya adalah Jenderal  (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan, Letjen (Purn) Agus Wijoyo, Letjen (Purn) Johny Josephus dan Letjen (Purn) Sumardi.

Kini mayoritas para pensiunan jenderal itu masuk dalam barisan timses bakal capres Partai Golkar Aburizal Bakrie. 

Tak heran akibatnya anak buah Wiranto cemburu menanggapi manuver ketujuh pensiunan jenderal itu. [ans]

 

KOMENTAR ANDA

Baca Juga