Awak ini penggemar berat bawang goreng. Rasanya yang gurih dan pahit-pahit manis itu, pas kali di lidah orang kampung macam awak ini.
Pernah, bahkan sering, awak makan nasi putih lauknya cuma bawang goreng untuk sarapan. Apalagi kalo nasinya agak panas dikit, sor kali awak makannya.
Cuma, awak tak suka bawang yang digoreng pakek bumbu, macam ayam kentucky itu. Awak maunya yang alami saja. Bawang diiris tipis lalu digoreng pakai minyak panas. Supaya sodap, pas digoreng dalam wajan, bawang itu ditaburi garam sedikit. Makjang, membayangkan bentuknya yang hitam kecil dengan aroma wangi bawang itu saja rasanya sudah sodap kali.
Tapi sudah tiga hari ini awak tak makan bawang goreng. Biasanya, bini awak selalu menyiapkan panganan pavorit itu di dalam toples kecil. Lucunya, pas awak tanya bini, awak pulak yang kena repet.
Kalau dia merepet karena mahalnya harga bawang maklum awak. La wong Presiden SBY saja merepetin menterinya di Istana Negara sana. Tapi yang bikin awak pening, bini merepet sambil minta tambahan uang belanja.
"Percumalah wartawan, masak tak tau harga bawang naik. Ngerti sikitlah," sindir bini awak.
Alahmak.....!
Ngeri-ngeri sedap juga rupanya pengaruh harga bawang ini ya. Kalaulah awak ini tipikal suami yang egois, bisa cekcok kami. Mana terima awak direpeti gitu. Mau mahal kek, mau langka kek, yang penting bawang kesukaan suami harus ada. Iya dong, istri yang baik kan harus melayani suaminya. Apalagi semua gaji sudah awak setor ke bini, mosok beli bawang saja tak cukup.
Tapi untungnya awak suami yang baik, penuh kasih sayang dan pengertian. Masak sih gara-gara bawang, piring dan gelas di rumah harus terbang. Apa kata dunia! Makanya awak diam saja pas direpeti bini soal bawang ini. Termasuk diam saja waktu bini minta tambahan uang belanja, (hehehe...)
Kenaikan harga bawang yang gila-gilaan juga menarik politikus di Senayan sana. Orang itu sor karena bawang jadi bumbu penyedap untuk menyikut lawan politiknya. Lalu isu bawang ini pun "digoreng" panas-panas di dalam wajan yang bernama gedung DPR.
Yang paling terpojok tentu saja Menteri Pertanian, Suswono. Menteri asal PKS itu dinilai gagal menjadi 'ayah' untuk si bawang merah dan bawang putih. Para politikus menohok Suswono sengaja 'memingit' bawang supaya "maharnya" bisa tinggi jika dipinang para importir bawang.
Mirip seperti kenaikan harga daging sapi yang terjadi pada beberapa waktu lalu. Penyebab kenaikan harga daging sapi itu pun terungkap akibat adanya kasus suap jatah impor daging yang menyeret mantan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq sebagai tersangka.
Jadi jangan kelen heran, jika isu bawang itu bakal diiris-iris politikus DPR itu sampai ke kulit ari sang Menteri dan partainya, PKS. Mereka juga takkan puas kalau lawan politiknya hanya menangis bombay.
Lalu, apa hubungan bawang dengan narkoba? Judul tulisan ini sebenarnya awak ambil dari status BBM politisi PKS Sumut. Tak perlulah awak sebutkan orangnya siapa.
Dari status BBMnya itu, awak mencoba menerka-nerka kalau politisi itu tak suka partainya digempur dari delapan penjuru mata angin. Dia tak suka lawan politiknya mengibaratkan kenaikan harga bawang sama haramnya dengan Narkoba.
Jadi kalau memang bawang bukan narkoba, gimana bos cara menormalkan kembali harga bawang ini? Jangan pakai lamalah, karena awak tengok, sudah ada yang ditangkapi karena menyelundupkan bawang ke Medan. Ancaman hukuman untuk penyelundup bawang ini pun hampir sama dengan pengguna narkoba loh bos, delapan tahun penjara. Jadi, cemmana kita buat, bos?
KOMENTAR ANDA