Sejumlah calon mahasiswa Indonesia membatalkan rencananya belajar ke China, karena khawatir dengan polusi sebagai dampak kualitas lingkungan yang buruk di Negeri Panda itu.
"Informasi yang diterima dari sejumlah universitas di China, pembatalan dikarena adanya kekhawatiran dari pihak orang tua dari calon mahasiswa tentang kondisi dan kualitas lingkungan yang buruk di China," ungkap Atase Pendidikan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Beijing, Chaerun Anwar, kepada antaranews di Beijing, Sabtu.
Dicontohkannya, pihak North China Electric Power University mengungkapkan bahwa dari 12 calon mahasiswa Indonesia yang mendaftar secara online hanya dua orang yang menyatakan akan menempuh pendidikan di perguruan tinggi itu.
Begitu pun dari pihak Xian Jiaotong University menyatakan, ada tiga calon mahasiswa Indonesia yang membatalkan diri.
"Konfirmasi yang didapat pembatalan karena kekhawatiran orang tua terhadap lingkungan yang kurang sehat di China," kata Chaerun.
Ia mengemukakan, jumlah mahasiswa dan pelajar Indonesia yang tengah dan akan belajar di China hingga Januari 2013 tercatat 4.380 orang.
Mereka terdiri atas 48 orang yang mengambil program doktor, 388 orang yang mengambil program master, 2462 orang yang menempuh pendidikan sarjana (Strata Satu/S1) dan 1.482 orang calon mahasiswa yang menempuh pre-university.
Pada Kongres ke-12 Rakyat Nasional China yang berlangsung sejak Selasa (5/3) dibahas tentang berbagai upaya untuk memperbaiki kualitas lingkungan hidup di China yang buruk.
Masalah kualitas lingkungan hidup yang buruk, menjadi tantangan tersendiri di dalam negeri bagi pemerintahan baru China di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping dan Perdana Menteri Li Keqiang.
Kongres Rakyat Nasional yang berfungsi sebagai legislatif, dibahas beberapa proposal terkait pembangunan China yang lebih ramah lingkungan seperti penggunaan sumber energi terbarukan, konservasi air dan tanah, produksi industri yang bersih,
Dibahas pula langkah pencegahan, perlindungan dan pengawasan terhadap tingkat polusi air, melalui pengelolaan sumber mineral yang ramah lingkungan, antisipasi dampak pemanasan global dan lainnya.
Hal lain yang menjadi tantangan China ke depan adalah masalah keamanan dan kualitas makanan (food safety), mengingat hampir seluruh aspek lingkungan, seperti air, tanah dan udara di China telah tercemar dan memiliki kadar yang melebihi ambang batas.
China setelah sekian lama "menutup diri" atas kualitas lingkungannya yang buruk, kini berupaya untuk memperbaikinya dengan beberapa langkah yang menjadi salah satu agenda utama pemerintah baru China dalam lima tahun mendatang. [rob]
KOMENTAR ANDA