Aktivis sosial dan politik, Raya Timbul Manurung menilai metode 'sampling' yang digunakan salah satu lembaga survei tidak akurat. Pasalnya tidak memperhitungkan adanya zonasi wilayah berdasarkan suku dan keagamaan.
"Kita paham, Sumatera Utara sangat berbeda dengan DKI Jakarta, baik dari penyebaran penduduk, maupun kondisi sosial dan latar belakangnya, termasuk soal kesukuan dan lain sebagainya. Sehingga penerapan survei di kedua daerah itu jelas-jelas sangat berbeda. Di Sumut, sebuah daerah akan cenderung akan berpihak kepada calon tertentu. Misalnya, kabupaten yang dominan Kristen, maka mayoritas atau cenderung ke ESJA dan Amri RE (total 13 kabupaten). Kabupaten yang dominan Mandailing Islam, mayoritas cenderung ke Charly dan GusMan (5 kabupaten/kota)," papar alumni Teknik Geologi UGM ini.
Di Sumut, kata dia dalam siaran persnya yang diterima MedanBagus.Com beberapa saat lalu, dijumpai komunitas perkebunan yang menetapkan pilihannya berdasarkan perintah atasan. Dalam hal ini, sebutnya, ada 10 persen dari total pemilih Sumut berada di kebun.
"Lalu ada banyak juga pemilih berada di pedalaman terpencil, yang tidak tahu Pilgubsu, sehingga menetapkan suara berdasarkan arahan tokoh masyarakat setempat, di mana total ada 20 persen daerah terpencil terisolir di Sumut," jabarnya.
"Akhirnya, berdasarkan kondisi-kondisi ini, data LSI bisa bias dan meleset total," tandas Raya Timbul Manurung.
Untuk mendukung asumsinya ini, Raya Timbul lantas mengemukakan beberapa perbandiangan data antara 'quick count' LSI, berdasarkan data 350 TPS di kabupaten/kota, dari 26.450 TPS yang ada di Sumut. Berdasarkan hitung cepat LSI, di Nias Barat, perolehan suara Amri 59 persen dan ESJA 30 persen. Lalu di Kabupaten Karo ESJA 31 persen, Ganteng 25 persen, dan GusMan 20 persen.
"Sedangkan menurut 'real count' berdasarkan formulir C1 yang didata, di Nias Barat ESJA 42,6 persen dan Amri 36,5 persen. Di Karo ESJA 65 persen dan Amri 15 persen. Ternyata hasil 'real count' di Nias Barat, Karo beda jauh dengan 'quick count' LSI. Sehingga diperkirakan, kabupaten/kota lain akan tejadi juga perbedaan ini," sambung Raya.
Dijelaskannya, data perolehan berdasarkan formulir C1 didapatnya dari fungsionaris PDI Perjuangan, Ruben Tarigan dan Firman Jaya Daeli, yang turun langsung melakukan investigasi terkait formulir C1.
"Maka patut diduga, LSI sudah melakukan penyesatan dan membuat Tim Amri RE, GusMan, dan Charly pasrah dan membiarkan saksi dan C1 nya tidak dijaga lagi," imbuh pengurus KAGAMA Sumut ini seraya menambahkan, sesuai formulir C1 dari fungsionaris PDI Perjuangan tadi, selengkapnya perolehan suara dari Kabupaten Nias Barat adalah, GusMan 7,57 persen, ESJA 42,64 persen, Charly 5,53 persen, Amri - RE 36,52 persen, dan Ganteng 7,73 persen.
"Di mana yang memilih 55,1 persen dan tak memilih 44,9 persen," sebutnya. [ans]
KOMENTAR ANDA