Hingga kini masih banyak bermunculan kasus di tubuh Polri. Mulai dari rekening gendut pejabat Polri maupun kasus simulator SIM. Sehingga Polri diminta agar tak manjadi penjahat berseragam.
Ketua Umum Gerindra, Fadli Zon, sambil mengutip survei di sebuah media masional pada 2012, menyebutkan persepsi masyarakat terhadap Polri masih buruk. Sekitar 61 persen responden yang berurusan dengan polisi harus mengeluarkan uang. Sedangkan 72 persen masyarakat memandang polisi enggan menindak kasus yang melibatkan orang penting.
Sejak 1999, jabar Fadli seperti dilansir Rakyat Merdeka Online, pemisahan Polri dan TNI diharapkan mampu meningkatkan kinerja Polri. Namun yang terjadi justru kesenjangan.
Beda dengan TNI yang ditempatkan di bawah Menhan, Polri mendapatkan keistimewaan, langsung di bawah Presiden. Semua Kepala Staf TNI ada di bawah Panglima TNI dan Panglima TNI di bawah Presiden. Sedangan Kapolri yang dulu setara dgn Kepala Staf di TNI langsung berada di bawah Presiden.
Kata Fadli, Minggu, (10/3), inilah salah satu penyebab munculnya friksi anggota polisi dan prajurit TNI di lapangan seperti konflik di OKU beberapa hari lalu. Konflik OKU juga memperlihatkan dampak kesenjangan kewenangan dan kesejahteraan antara prajurit TNI dan anggota Polri.
"Ini perlu dievaluasi. Kita ingin polisi jadi pelayan rakyat yang profesional. Polri perlu menertibkan dirinya, sebagai bagian dari reformasi Polri. Mana mungkin sapu kotor bisa bersihkan lantai kotor? Jka aparat penegak hukum menjadi kolaborator kejahatan maka hancurlah hukum," ungkap Fadli, sambil mengingatkan agar polisi tak jadi penjahat berseragam.
Pimpinan Polri, saran Fadli, harus meneladani pendahulu mereka seperti Jenderal Hoegeng yang anti suap, jujur, dan bahkan sebagai Kapolri pernah turun mengatur lalu lintas. Begitu juga sosok Komhjen M.Jasin, Brigjen Kaharoedin, dan Brigadir Royadin, yang jujur dan antikorupsi, layak untuk ditiru.
"Saya yakin, masih banyak polisi yang baik, bersih, jujur dan melayani. Mereka seharusnya mendapat tempat terbaik. Polisi baik, hukum tegak," ujar Fadli. [ans]
KOMENTAR ANDA