Kritik terhadap Presiden SBY yang doyan ''blusukan'' ke luar negeri terus mengalir. Selain promosi wisata SBY ke Jerman dan Hongaria akan sia-sia karena Eropa masih dilanda krisis, kunjungan ini juga kurang strategis dan memboroskan anggaran.
"Di era SBY, anggaran kunjungan luar negeri terbesar dibanding anggaran presiden sebelumnya. Termasuk era Presiden Abdurrahman Wahid maupun Megawati Soekarnoputri," kata Wakil Ketua Umum Gerindra, Fadli Zon seperti dikutip dari Rakyat Merdeka Online beberapa saat lalu Kamis, (7/3).
Fadli mencatat, total alokasi keseluruhan perjalanan dinas para pejabat negara dari APBN per tahun mencapai lebih dari Rp21 triliun. Tentu saja angka ini sangat besar di tengah banyak masalah lain yang lebih prioritas.
Karena itu, saran Fadli, SBY harus selektif dan harus membatasi kunjungan luar negerinya.
Apalagi, seperti bulan lalu, SBY pergi ke Nigeria, padahal neraca perdagangan dengan Nigeria grafiknya flat sejak 15 tahun terakhir. Akhir 2012 juga SBY berkunjung ke Inggris.
"Hampir setiap dua bulan, Presiden ke luar negeri. Kapan bisa fokus urus dalam negeri? Seharusnya SBY datang ke Papua ketika delapan prajurit dan empat sipil tewas beberapa waktu lalu," tegas Fadli.
Lebih baik lagi, saran Fadli selanjutnya, di akhir periode ini, SBY fokus pada urusan dalam negeri. Sebab masih banyak masalah yang perlu dibenahi. Sementara kunjungan luar negeri lebih banyak sekadar seremonial dan pencitraan.
"Blusukan di dalam negeri harus lebih diperbanyak agar ada perhatian pada rakyat secara langsung. Dan Partai Gerindra kini satu-satunya partai yang melarang kunjungan studi banding bagi anggota DPR RI dan DPRD. Karena itu hanya pemborosan anggaran," sindir Fadli. [ans]
KOMENTAR ANDA