Ratusan orang Venezuela menangis histeris, saling berpelukan sambil meneriakkan slogan-slogan untuk mengenang Hugo Chavez setelah kematiannya pada Selasa 5 Maret 2013 waktu setempat.
Para wanita yang ikut berkumpul di depan tempat kerja Chavez di Istana Presiden Miraflores terlihat sangat sedih.
Air mata mereka mengalir deras sambil berpelukan dengan yang lainnya. Sementara beberapa lainnya mengenakan T-shirt dengan slogan-slogan yang berbunyi "Maju Terus Komandan!"
Untuk sementara, nakhoda pemerintahan Venezuela diambil alih oleh Wakil Presiden Nicolas Maduro yang merupakan mantan sopir bus. "Wakil Presiden Nicolas Maduro mengambil alih pemerintahan sambil mempersiapkan pemilu sekitar 30 hari ke depan," kata Menteri Luar Negeri Venezuela, Elias Jaua.
Menurut Elias, penyerahan kekuasaan sementara kepada Maduro merupakan pesan Chavez sebelum berangkat ke Kuba untuk menjalani operasi kanker pada Desember 2012.
"Pak Wapres memperkirakan pemilu dan kekuatan baru akan rampung dalam 30 hari ke depan. Ini juga merupakan amanat mendiang Presiden Chavez pada 8 Desember. Ia meminta kami untuk menemani Nicolas menjalani tugasnya," ujar Nicolas, seperti dilansir Bloomberg, Rabu (6/3/2013).
Selama Chavez menjalani perawatan sejak tahun lalu, Maduro memegang pemerintahan. Ia awalnya diharapkan menjadi pengganti hingga Chavez disumpah pada Januari 2013. Namun kondisi Chavez tidak sesuai prediksi. Kondisi Presiden yang telah memerintah sejak 1998 ini memburuk. Sumpah jabatan pun dibatalkan, dan Maduro tetap meng-handle pemerintahan.
Sementara, hakim konstitusi Venezuela Andreas Bello berpendapat, pemerintahan seharusnya diambil alih Ketua MPR Diosdado Cabello. "Dalam konstitusi sudah jelas. Ketua MPR Diosdado Cabello harus mengambil alih kekuasaan," ucapnya.
Maduro Sopir Bus
Sebelum menjadi wapres, Maduro mengasah keterampilannya di tanah air. Ia pernah menjadi sopir bus hingga kemudian menjadi ketua serikat buruh saat bekerja di sistem metro di Caracas.
Setelah Chavez berkuasa tahun 1999, Maduro ikut andil menyusul konstitusi. Ia menjadi anggota Kongres sampai 2006, lalu menjabat sebagai Menlu. Dalam perannya sebagai Menlu, Maduro menjadi diplomat Amerika Selatan yang punya peran yang paling penting saat ketegangan Venezuela dengan AS memuncak, membuat negara itu akhirnya bersahabat erat dengan Kuba.
Pada 2011, Maduro menentang keras daftar nama pedagang obat bius asal Venezuela yang dikeluarkan Department of the Treasury Amerika Serikat, termasuk di dalamnya 4 pejabat tinggi.
Maduro juga mengecam penahanan dirinya oleh petugas Bandara John F Kennedy New York pada tahun 2006 lalu. Ia menyebut Pemerintah AS "rasis" dan "Nazi". AS juga disebut tak menghargai negara Amerika Latin. [bbs/ded]
KOMENTAR ANDA