Dari kelahirannya, Partai Demokrat bukanlah partai yang didesain menjadi partai kader. Demokrat bahkan tak jarang disebut sekadar "SBY fans club".
"Demokrat ini bukan partai kader, tapi partai massa. Dan ketika Anas membangunnya menjadi partai kader, disitulah para loyalis itu muncul," kata mantan Wakil Direktur Eksekutif Partai Demokrat, Muhammad Rahmad, dalam diskusi "Efek Anas Makin Panas" di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (2/3/2013)
Lebih jauh dia terangkan, periode tahun 2002 ke 2009, Demokrat sebetulnya partai massa. Dalam periode waktu yang panjang itu, massa partai cuma jadi pengikut aliran politik yang kuat.
Setelah Anas berhasil memenangkan pemilihan ketua umum di Kongres II, Bandung, tahun 2010, Demokrat alami perubahan sifat.
"Di 2010 sampai sekarang jadi partai kader. Identitas nyata adalah munculnya loyalitas pada pimpinan partai," terang dia.
Ketika muncul kader-kader, pilihan politik anggota partai menjadi lebih independen. Suara dalam kongres tak begitu saja mudah diarahkan.
"Tidak bisa begitu saja arahkan suara ketika kongres atau kongres luar biasa berlangsung. Harus ada komunikasi dengan pemilik suara di daerah (DPD)," jelasnya. [rmol/rob]
KOMENTAR ANDA