Pembangunan berlabel USU ASRI yang ditujukan ke Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dinilai mubazir oleh mahasiswa. Tidak tepat sasaran dan kesannya sekadar menghabiskan anggaran.
"Semua mahasiswa tahu kalau genteng di koridor itu masih bagus, tetapi diganti dengan seng, jadi gak nyambung dengan bangunan, karena bangunannya masih gentengpi koridornya seng," cerita Putri, mahasiswi Ilmu Perpustakaan kepada MedanBagus.com, Kamis (21/2/2013) siang.
Putri bilang semenjak diganti seng, kalau hujan jadi malah ribut suaranya. Bukan itu saja, sisa-sisa genteng yang terbuang malah dibiarkan teronggok di situ.
"Jadi semak, jorok dan tak terurus, padahal biayanya kemarin terpampang di sana tertera Rp800 juta," timpal Devi mahasiswa jurusan Sastra Arab.
Devi tak habis pikir, ratusan juta dihabiskan hanya untuk mengganti genteng dengan seng dan buat pengecatan gedung. "Itu pun tak semua gedung dicat, bagian belakang saja," kata Devi.
Intan, mahasiswi Jurusan Etnomusikologi bilang semestinya dekanat dan rektorat membangun fasilitas itu dengan skala prioritas.
"Anak Sastra itu butuh laboratorium bahasa, bukan genteng berganti seng. Anak Sastra itu butuh ruang kelas yang nyaman dan kamar mandi yang banyak dan bersih, bukan proyek asal-asalan," ketusnya. [rob]
KOMENTAR ANDA