Sejak konflik membara di Siria dua tahun ini, angka perceraian melonjak sampai 45 persen. Hal itu tidak sebanding dengan pertumbuhan angka perkawinan yang hanya menembus angka 40 persen.
Menurut kantor berita Xinhua, hasil survei beberapa media lokal itu mengindikasikan bahwa krisis yang berlarut-larut antara massa yang menginginkan rezim pemerintah yang sekarang diganti berakibat langsung pada keharmonisan rumah tangga warga.
Survei tersebut juga mengatakan bahwa sebagian pasangan mengajukan perceraian karena banyak alasan, yang tak ada sebelum krisis bergolak. Termasuk di antaranya ada orang yang menceraikan pasangan mereka karena masalah apakah akan mendukung Presiden Bashar al-Assad atau tidak
Dari survei itu juga mengungkapkan bahwa perkawinan menurun tajam di Siria, terutama selama 10 bulan belakangaan. Hasil itu diketahui setelah sejumlah sample memberikan jawaban bahwa rakyat Siria lebih suka menunggu konflik mereda sebelum menikah karena krisis yang berkepanjangan membuat banyak orang tak mampu membiayai rumah tangga atau mendukung nafkah keluarga. [ant/hta]
KOMENTAR ANDA