MBC. “Saya yakin anak saya diperkosa!” Pernyataan itu diungkapkan seorang lelaki tua dengan terbata-bata, dan disiarkan di hampir semua stasiun televisi di tanah air, beberapa waktu lalu. Anak yang diperkosa itu akhirnya meninggal dunia setelah mengalami kejang-kejang dan koma berhari-hari.
Tak banyak yang menduga, jika ternyata si bapak tua itu sendiri yang telah merenggut kesucian dan masa depan anak gadisnya yang baru berusia 11 tahun. Bahkan, perbuatan terkutuk itu juga menyebabkan si anak menderita penyakit yang akhirnya menyerang otaknya dan menyebabkan kematian.
Pelecehan atau kejahatan seksual terhadap anak-anak tidak hanya dilakukan oleh orang lain, karena orang terdekat pun terkadang tega melakukannya. Ironisnya, kejadian tersebut sering terlambat diketahui karena si anak umumnya menutup diri dan tidak mau bercerita kepada orang lain.
Peranan bunda sebagai orang terdekat, tentulah sangat diperlukan untuk menjaga buah hati kita dari ancaman di sekelilingnya. Caranya dengan mempelajari beberapa tanda-tanda yang mungkin dapat mengungkap di balik kelainan sikapnya.
Menurut Psikolog Aida Malika, American Psychological Association membuat beberapa tanda yang bisa mengungkap adanya pelecehan seksual. Di antaranya, sering mimpi buruk atau susah tidur (insomnia). Tanda lainnya, korban gampang marah, tidak tenang, depresi, susah jalan atau duduk. Korban pelecehan biasanya juga bertingkah-laku yang tidak biasa.
Tanda yang lebih nyata, jika korbannya hamil atau mengidap penyakit tertentu. Apalagi jika dia masih di bawah umur. Terkadang, korban pelecehan memiliki keinginan untuk pergi atau lari dari rumah.
Menolak ikut dalam aktivitas fisik, atau bertingkah yang tidak seperti biasanya, seperti mengompol maupun mengisap jempol. Atau mereka tiba-tiba mengucapkan kata-kata atau bahasa yang tidak pantas untuk usia mereka. Terkadang, mereka juga menolak dibiarkan sendiri bersama orang tertentu.
Jika bunda melihat tanda-tanda tersebut, minta dia bercerita dengan sejelas-jelasnya. Jangan memarahi atau menyalahkannya, karena bisa saja mereka telah menjadi korban pelecehan. Bahkan, berikan dukungan agar mereka merasa dilindungi.
Melaporkan kejadian tersebut pada pihak berwenang tentu merupakan suatu keharusan demi penegakan hukum. Namun, korbannya juga memerlukan bantuan lain berupa terapi untuk mengatasi trauma dari kejadian tidak diharapkan tersebut.
Penanganan terhadap anak-anak yang menjadi korban pelecehan seksual bisa berupa terapi individu atau terapi keluarga. Sebab, pelecehan seksual tidak hanya merenggut masa depan anak-anak, tapi juga menjadi beban mental bagi orang-orang terdekatnya.
Sebenarnya, tidak ada perlakuan yang sama terhadap korban pelecehan seksual karena setiap individu berbeda. Karenanya, penanganan yang mereka dapatkan seharusnya berbeda-beda tergantung dari karakter mereka masing-masing.
Kemungkinan untuk sembuh dari segala trauma tersebut bukan tidak mungkin didapat, jika anak mendapatkan penanganan yang efektif dan dukungan dari orang-orang terdekatnya. Untuk itu, peranan orangtua, terutama bunda memegang peranan utama dalam mengembalikan keceriaan buah hati yang sempat terenggut tangan tidak bertanggung jawab.
Namun, di balik semua itu, pencegahan agar terhindar dari segala kejahatan tetap lebih utama. Waspada terhadap segala kemungkinan, jauh lebih baik daripada menyesal di kemudian hari. [rpg/ans]
KOMENTAR ANDA