post image
KOMENTAR
MBC. Ternyata tak hanya capres Partai Golkar, Aburizal Bakrie (Ical), saja yang elektabilitas dan popularitasnya berhasil ditekuk raja dangdut Rhoma Irama. Pamor capres berlatar belakang pensiunan jenderal juga sulit saingi Rhoma.      

Survei Pusat Data Bersatu (PDB) agaknya betul-betul mengejutkan publik. Tak hanya Ical, Jenderal (Purn) Wiranto pun jadi ‘korban’ Rhoma. Wiranto hanya menempati urutan ketujuh dalam survei elektabilitas capres versi PDB.

Tingkat keterpilihan Wiranto hanya  3,5 persen, sementara  Rhoma menempati posisi keempat dengan mengantongi dukungan 10,4 persen. Lengkapnya klasemen elektabilitas para capres tersebut adalah; Joko Widodo 21,2 persen, Prabowo Subianto 18,4 persen, Megawati Soekarnoputri 13,0 persen, Rhoma Irama 10,4 persen, Aburizal Bakrie 9,3 persen,  Jusuf Kalla 7,8 persen, Wiranto 3,5 persen, Mahfud MD 2,8 persen, Dahlan Iskan 2,0 persen dan Su rya Paloh 1,3 persen.

Pengamat politik Universitas Padjajaran, Muradi, mengatakan seharusnya survei PDB dijadikan bahan evaluasi bagi Wiranto agar  legowo menyerahkan tiket capresnya  kepada kaum muda.

“Orang tua sekarang ini harusnya mengukur diri, bahwa dukungan masyarakat itu rasa-rasanya sudah habis, momentumnya Wiranto juga sudah lewat. Sekarang eranya capres muda,” kata Muradi kepada Rakyat Merdeka.

Hasil survei itu, lanjut Muradi, merupakan refleksi dari kerinduan masyarakat terhadap calon-calon pemimpin alternatif.

“Masyarakat  ingin ada calon di luar parpol, kalau ada dari dalam partai politik, ya tidak kental warna partai politiknya. Seperti Jokowi di PDI Perjuangan,” ujarnya.

Muradi melihat munculnya Wiranto bisa jadi didorong oleh dua, hal yakni ambisi pribadi yang belum tuntas, ditambah ada pihak-pihak yang berupaya terus mendorong Wiranto agar nyapres. Kedua, motif kekuasaan.

“Makanya Wiranto dan Mega tetap merasa percaya diri karena menganggap masih didukung masyarakat. Padahal dukungan masyarakat terhadap parpol tidak berbanding lurus dengan capres,” ujarnya.

Jenderal (Purn) Wiranto menanggapi santai analisis Muradi dan survei PDB  tersebut. “Biasa saja, bahkan pernah ada survei nama saya nggak ada. Saya disebut nggak dikenal publik,” kata Wiranto seperti dilansir Rakyat Merdeka (grup MedanBagus.com), kemarin.

Wiranto tetap pede alias percaya diri popularitasnya tetap berada di atas angin. “Buktinya di survei yang lain saya mendapat nilai tinggi 27 persen. Kenapa saat survei saya hanya selisih 0,5 dari Pak Prabowo di  survei LSN tidak ada yang menanyainya. Padahal saya tidak membiayai apa-apa dalam survei itu,” kata Wiranto.

Wiranto berharap perusahaan pemilik jasa survei jangan menjerumuskan masyarakat lewat hasil-hasil survei yang menyesatkan.

Sebab, kata Wiranto, ke depannya Indonesia butuh pemimpin yang berkualitas, baik secara pengalaman, pengetahuan, perilaku dan  kekuatan spiritualnya.

“Kalau  kita hanya ribut soal survei, bagaimana kita mendapatkan pemimpin yang berkualitas. Saya terus terang belum tahu hasilnya berapa, tapi okelah berapa saja silakan. Saya punya track record, masyarakat sudah tahu. Silakan masyarakat menilainya sendiri,” ujarnya.

Wasekjen Partai Hanura, Saleh Husin, menambahkan, pencapresan Wiranto sama sekali tidak didasarkan pada keinginan pribadi Wiranto, tapi aspirasi  DPW dan DPD Hanura se-Indonesia dalam Rapimnas II.

Jika ada analisis yang menilai Wiranto kurang mengkilap silakan saja, pastinya berdasarkan survei internal Hanura, justru Wiranto yang paling unggul. [Harian Rakyat Merdeka/rmol/ans]

PHBS Sejak Dini, USU Berdayakan Siswa Bustan Tsamrotul Qolbis

Sebelumnya

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN NELAYAN (KPPI) DALAM MENGATASI STUNTING DAN MODIFIKASI MAKANAN POMPOM BAKSO IKAN DAUN KELOR DI KELURAHAN BAGAN DELI

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Peristiwa