MBC. Sekitar seratusan lebih warga yakni Lima kelurahan di Binjai Utara, berunjuk rasa di depan Kantor PLN Unit Induk Pembangunan Jaringan Sumatera-I, Jalan Dr Cipto, Medan, Rabu (13/2/2013).
Warga menuntut akan pembayaran ganti rugi pembangunan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (Sutet). Dalam demo itu, warga membawa sejumlah poster yang isinya menuntut PLN agar segera membayar ganti rugi. Tak hanya itu, warga juga sempat membakar ban di tepi Jalan Dr Cipto.
Amatan MedanBagus.com, ratusan warga Binjai yang terdiri dari Lima Kelurahan mendemo PLN. Pasalnya, warga menuntut ganti rugi akan Sutet. Dalam demo ini, warga mendesak PLN tidak membodoh-bodohi mereka.
"Jangan diukur-ukur terus. Masyarakat jangan dibodoh-bodohi. Sudah 2 tahun 7 bulan tower berdiri, tapi persoalan ganti rugi ini belum juga diselesaikan," kata Tuginem, warga Pasar IV Tandem, Binjai Utara, Kota Binjai, yang ikut demo di Kantor PLN.
Warga mengeluh dan menuding tower Sutet itu sudah berdampak buruk bagi warga meski pun kabelnya belum dipasang. Menurut mereka, tower itu menyebabkan kediaman mereka mudah disambar petir. "Kemarin rumah kami kena sambar petir dan televisi jadi rusak. Padahal itu TV kreditan pula," ucap Emma, warga yang mengaku tinggal membelakangi Tower Sutet.
Warga khawatir keberadaan Sutet itu akan semakin membahayakan saat kabelnya sudah dipasang. Karena itu, mereka menuntut ganti rugi sesuai harga pasar tanah di kawasan itu, yaitu sekitar Rp125 ribu per meternya. "Janjinya dibayar per meter. Sebelumnya tak jauh dari pembangunan ini juga ada tower jaringan, tapi ukurannya lebih kecil dan ada ganti ruginya," beber Emma.
Perwakilan pendemo sempat masuk ke dalam kantor PLN. Namun, belum ada kesepakatan yang dibuat. Sementara itu, massa mengancam akan terus berunjuk rasa sampai tuntutannya dipenuhi. Namun, saat hujan deras turun, mereka berlindung masuk ke dalam bus yang mengangkut mereka.
Pihak kepolisian dari Sat Samapta Polresta Medan turun ke lokasi untuk melakukan pengamanan guna menghindari hal-hal yang tak diinginkan. [rob]
KOMENTAR ANDA