Tawaran anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Sinyo Harry Sarundajang kepada Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD untuk menjadi ketua umum menggantikan Anas Urbaningrum dinilai bukan untuk memecah belah alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang banyak aktif di partai tersebut.
Memang, Mahfud juga adalah alumni HMI dan saat ini bahkan menjadi Ketua Presidium Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI), dimana Anas juga sebagai anggota.
"Nggak juga saya rasa. Nggak bisa dibenturkan seperti itu. Anas tidak bodoh, Mahfud juga tidak bodoh. Kalau politik adu domba pasti tidak jalan. Karena apa perlunya mereka berebut kursi panas seperti itu," ujar pengamat politik senior Prof. Iberamsyah kepada Rakyat Merdeka Online (Rabu, 13/2).
Menurutnya, tawaran Sarundajang yang juga Gubernur Sulawesi Utara itu hanya sekadar test the water. "Itu hanya tes saja. Orang yang memintanya itu kan bukan elit di Demokrat, bukan SBY, bukan anggota Majelis Tinggi," kata Iberamsyah.
Namun, karena sebagai test the water, boleh jadi elit Partai Demokrat bahkan SBY akan turun langsung kalau memang Mahfud memberi sinyal positif. Dan menyarankan Mahfud tak usah menanggapi tawaran tersebut.
"Mahfud sudah bilang tak mau ikut polemik Demokrat. Karena Demokrat saat ini kan sedang dalam kemelut. Saya rasa itu bagus sekali, bijaksana," jelasnya.
Apalagi Mahfud bukan orang Demokrat dan tidak terlalu populer di internal partai berlambang bintang mercy tersebut. Sementara pada saat bersamaan, ada ratusan orang di Demokrat yang juga mengincar kursi Ketua Umum yang saat ini diduduki Anas Urbaningrum. "Ada Marzuki Alie, Djafar Hafsyah, bahkan Karwo dari Jawa Timur. Saya rasa, kalau ada pemilihan, penggantinya tetap dari Demokrat," tandasnya. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA