Berbagai ramalan soal siapa pengganti Paus Benediktus XVI mulai menyembul setelah pernyataan pengunduran diri yang mengejutkan dari pemimpin Katolik asal Jerman itu beberapa hari lalu.
Bukan hanya seputar nama-nama "kandidat", yang sebetulnya di dalam tradisi Katolik tak mengenal istilah itu, tapi salah satu yang kini jadi pembicaraan juga adalah ramalan St. Malachy.
Ramalan St. Malachy, yang lahir pada tahun 1094 dan meninggal dunia di Clairvaux, Prancis, pada tahun 1148, cukup populer. Ia meramal 112 Paus yang memimpin Tahta Suci Vatikan, dan beberapa dari yang disebutkannya dalam daftar itu sangat akurat.
Dalam catatannya, ia menulis Paus yang akan terpilih menggantikan almarhum Paus John Paul II sebagai Glory of the Olive atau Keagungan Zaitun.
Sebelum Paus Benediktus terpilih, sementara kalangan memperkirakan seorang pengikut St. Benediktus yang akan terpilih, mengingat bahwa aliran Benediktus yang dikembangkan pada abad ke-6 Masehi sering disebut dengan kata Olivetan yang merujuk pada Bukit Olive pada Kitab Perjanjian Baru.
Pada kenyataannya, yang terpilih adalah Kardinal Joseph Ratzinger yang memilih nama Benediktus yang merujuk pada St. Benediktus dari Nursia, pendiri Ordo Benediktus.
Dalam daftar St. Malachy tinggal satu lagi Paus yang belum terpilih. Itulah sebabnya, ada anggapan bahwa Paus yang menggantikan Paus Benediktus XVI akan menjadi Paus terakhir yang memimpin Tahta Suci Vatikan.
Mantan Ketua Umum Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) yang kini menjabat Ketua Komisi Pendidikan KWI, Mgr. Martinus Dogma Situmorang, menyatakan penolakan tegas terhadap segala ramalan dan prediksi tersebut.
"Namun, pendapat saya, pertama, tentang spekulasi itu lumrah. Karena inilah Paus yang pertama sejak 600 tahun ini mengundurkan diri. Dunia bertanya ada apa, dan pertanyaan itu masuk akal," terang Situmorang saat berdialog dengan Rakyat Merdeka Online, Rabu siang (13/1).
Meski dia tidak heran akan semua ramalan tersebut, tetap saja dia menegaskan gereja Katolik umumnya tidak percaya nubuat-nubuat yang berasal dari luar kitab suci.
"Kita tak akan terdorong ramalan semacam itu," tegas Situmorang lagi.
Dia mengatakan, Joseph Aloisius Ratzinger atau Paus Benediktus XVI sudah menyertakan alasan-alasan mengapa mengundurkan diri. Alasan itu karena usia lanjut dan kesehatan yang menurun.
"Beliau menganggap tidak lagi punya kemampuan yang sebesar dan seluhur ini. Beliau orang cerdas dan kudus, mengerti kepentingan gereja bukan kepentingan dirinya. Beliau adalah pemimpin Katolik, tokoh moral," ujarnya.
Dia tegaskan, para Kardinal Gereja Katolik Roma yang nantinya menghadiri konklaf (pertemuan para kardinal gereja Katolik yang diadakan untuk memilih Paus baru) adalah manusia-manusia beriman yang hanya menggantungkan diri dan percaya kepada Allah, Yesus Kristus dan Roh Kudus.
"Semua ramalan, baik dari Nostradamus sampai Ronggowarsito, tidak ada. Hanya kepada Allah. Para Kardinal akan melihat siapa yang layak," ucapnya. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA