Sebagai seorang Presiden seharusnya SBY sadar bahwa dirinya hari ini memimpin rakyat Indonesia yang jumlahnya mencapai 240 juta jiwa lebih. Bukan malah mengedepankan ego sektarian sebagai ketua Dewan pembina partai Demokrat, yang belakangan kader-kadernya terbukti tersangkut masalah korupsi.
"Kita sangat sesalkan dengan bangganya "SBY Pasang Badan" mengambilalih kepemimpinan Partai Demokrat demi menyelamatkan elektabilitas Partai Demokrat. Dengan begitu sudah pasti kesejahteraan umum yang yang seharusnya menjadi prioritas kerjanya sebagai presiden sesuai dengan preambule UUD 1945 menjadi terhambat," kata Ketua Umum Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND), Lamen Hendra Saputra, Selasa (12/2).
Sementara rakyat, kata dia, dihadapkan dengan persoalan besar yang semakin menakutkan bahwa hampir seluruh kekayaan alam telah jatuh ke tangan asing. Pertambangan emas, tembaga, perak 95 persen dikuasai asing, migas 85 persen dikuasai asing, batubara 75 persen jatuh ke tangan asing, sebanyak 10 bank nasional telah jatuh dalam genggaman asing. Asing boleh menguasai hingga 95 persen kepemilikan perbankkan.
"Kami selaku mahasiswa yang fokus dalam mengawalan demokrasi dan proses pemberantasan korupsi untuk kesejahteraan rakyat tidak rela jika kepentingan rakyat dikalahkan dengan kepentingan kelompok," tegas Lamen.
Belum lagi, lanjut dia, rakyat juga dihadapkan pada masalah-masalah seperti korban bencana terutama banjir dan longsor dimana-mana, harga bahan-bahan pokok terus naik, tarif dasar listrik semakin mencekik. Tentu hal ini merupakan pekerjaan rumah pemerintah yang harus diselesaikan, jadi sangat tak pantas jika disituasi seperti ini SBY masih mendahulukan kepentingan partai diatas kepentingan rakyat.
"Jika sudah begini apalagi alasan untuk terus mempertahankan keberlangsungan kepemerintahan, sudah terbukti tidak becus mengurusi demokrat, apalagi mau mengurus negara," demikian Lahmen. [rmol/hta]
KOMENTAR ANDA