Reformasi politik di Indonesia yang mendorong demokratisasi lebih lanjut, tidak dapat dilepaskan dari peran strategis media massa.
"Ketika sistem politik berubah, media massa pun tidak lagi berada dalam bayang-bayang rezim kekuasaan yang membatasinya dengan berbagai ancaman pembredelan," papar Ketua Panitia Temu Insan Pers HMI dan dialog bertema "Peran Pers dalam Dinamika Politik Nasional Jelang 2014", Rizy Wahyuni melalui rilisnya kepada Rakyat Merdeka Online, Senin (11/2/2013).
Rizky melanjutkan, banyak media massa baru hadir pada awal era transisi, tetapi nyatanya yang bertahan hingga kini tidak banyak. Ini membuktikan bahwa pers Indonesia dihadapkan pada logika kompetisi pasar. Dalam perspektif itu, pers Indonesia yang melibatkan pemilik modal dan manajemen redaksional semakin dihadapkan pada pertimbangan pasar.
"Ini satu fenomena. Sementara fenomena lain yang muncul di era kepolitikan multipartai dewasa ini adalah, antara lain ditandai dengan pemanfaatan media massa untuk kepentingan politik, terutama mendekati Pemilu 2014," tambahnya.
Pertanyaan lebih lanjut, bagaimana idealnya media massa memainkan perannya dalam kondisi persaingan politik multipartai yang ketat? Apakah regulasi yang ada sudah cukup menjamin independensi media massa sebagai instrumen demokrasi? Apakah media massa mampu mencegah atau mengantisipasi pola-pola pragmatisme-transasksional dalam kompetisi politik, ataukah media menjadi bagian dari itu?
Dan mungkin masih banyak pertanyaan lainnya yang akan coba dirangkum dalam acara Temu Insan Pers HMI dan Dialog bertema " Peran Pers dalam Dinamika Politik Nasional Jelang 2014". Jika tak ada aral melintang, acara yang diinsiasi Dewan Pengurus Yayasan Bina Insan Cita tersebut akan digelar pada Rabu, 13 Februari mendatang, pukul 08.00-13.00 WIB di Graha Insan Cita, Jalan Prof. Lafran Pane No 100, Depok.
Rencananya, sejumlah tokoh intelektual baik dari kalangan praktisi media dan pengamat politik dengan latar belakang aktivis HMI akan dihadirkan sebagai pembicara seperti Bagir Manan, Surya Pratomo, Tjipta Lesmana, Budiarto Shambazy, Wahyu Muryadi dan Nasihin Masha. Acara ini terbuka umum, terutama para kader maupun alumni HMI yang bekerja di media massa. [wid/rmol/rob]
KOMENTAR ANDA