post image
KOMENTAR
MBC. Prinsip Indonesia Tanpa Diskriminasi yang dimulai oleh sebuah buku puisi esai mulai berbuah. Bahkan, prinsip yang sebelumnya diangkat ke dalam sebuh film ini, berdampak positif bagi perkembangan politik di Indonesia.

Prinsip Indonesia Tanpa Diskriminasi, yang digelorakan Yayasan Denny JA ini diadopsi partai politik, dalam hal ini Demokrat, dalam sebuah Pakta Itegritas.

Dalam Pakta Integritas Demokrat, yang dibuat SBY untuk menyelamatkan Demokrat dan diteken oleh 33 ketua DPD PD se-Indonesia pada Minggu malam (10/2), prinsip anti diskriminasi menjadi salah satu poin dari sepuluh poin yang tercantum. Prinsip anti diskriminasi itu termuat dalam poin ke-2 dari 10 poin Pakta Integritas, yang berbunyi:

"Dalam menjalankan tugas dan pengabdian saya, utamanya dalam melayani, mensejahtarahkan dan melayani masyarakat, saya akan senantiasa adil dan bekerja untuk semua dan tidak akan pernah menjalankan kebijakan yang diskrimintatif, oleh perbedaan agama etnik, suku, gender, daerah posisi politik dan perbedaan identitas yang lain.”

Menurut Direktur Lingkaran Survei Kebijakan Publik (LSKP), Sunarto Ciptoharjono, adopsi prinsip tanpa diskriminasi di Pakta Integritas itu secara implisit menunjukkan dukungan dan pengakuan terhadap gerakan Indonesia Tanpa Diskriminasi yang digagas Yayasan Denny JA.

"Buah pertama gerakan Indonesia Tanpa Diskriminasi Yayasan Denny JA adalah diadopsinya prinsip tanpa diskriminasi itu secara eksplisit dalam Pakta Integritas Partai Demokrat yang dibacakan sendiri oleh SBY," kata Sunarto beberapa saat lalu (Senin, 11/2).

Sunarto mengatakan Gerakan Indonesia Tanpa Diskriminasi diawali dengan penerbitan 5 puisi esai yang diberi judul Atas Nama Cinta. Kelima puisi esai dalam buku ini mengangkat tema utama diskriminasi yang masih terjadi di Indonesia yakni diskriminasi etnik (Sapu Tangan Fang Yin), diskriminasi gender (Minah Tetap Dipancung), diskriminasi beda aliran keagamaan (Romi dan Juli dari Cikeusik), diskriminasi seksual (Cinta Terlarang Batman dan Robin), dan diskriminasi beda agama (Bunga Kering Perpisahan).

Sebelumnya, selain sudah difilmkan, gagasan Indonesia Tanpa Diskriminasi ini juga sudah ditampilkan melalui musikalisasi teater. Musikalisasi teater ini menggandeng beberapa nama tenar di jagat sastra seperti Sutardji Calzoum Bahri, Putu Wijaya, Niniek L Karim, dan Sudjiwo Tedjo.

Pencapaian berikutnya adalah saat ribuan orang melakukan senam pagi bersama pada tanggal 28 Oktober di Bundaran HI, Jakarta. Momen ini monumental karena bukan saja sebuah event yang menyuguhkan flashmob ribuan orang menari bersama, tetapi sekaligus menandai kampanye tanggal 28 Oktober bukan saja diperingati sebagai hari Sumpah Pemuda tetapi juga hari Indonesia Tanpa Diskriminasi. [ysa/rmol/ans]

Pertamina Turunkan Harga Beberapa Produk BBM Non Subsidi

Sebelumnya

PHBS Sejak Dini, USU Berdayakan Siswa Bustan Tsamrotul Qolbis

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Peristiwa