post image
KOMENTAR
MBC. Hasil survei Pusat Data Bersatu (PDB) yang mengukur tingkat popularitas dan elektabilitas capres, terasa mengejutkan bagi Golkar. Sebab tingkat popularitas dan keterpilihan (elektabilitas) jago Golkar, Aburizal Bakrie (Ical) berada di bawah pedangdut Rhoma Irama, baik ketika diposisikan sebagai capres maupun cawapres.

Berdasarkan survei PDB, untuk urusan popularitas Rhoma Irama menempati posisi kedua di bawah Megawati Soekarnoputri dengan mengantongi dukungan 87,6 persen responden. Sementara  Ical hanya menempati posisi ketujuh di bawah Wiranto dengan dukungan suara 70,5 persen.    

Untuk ukuran tingkat keterpilihan alias elektabilitas Ical juga berada jauh di bawah Rhoma Irama baik ketika diposisikan sebagai capres maupun cawapres. Di bursa capres raja dangdut itu menempati posisi keempat dengan dukungan 10,4 persen responden, Ical berada persis di bawahnya dengan 9,3 persen.

Di bursa cawapres, Rhoma lagi-lagi unggul jika dibandingkan Ical dengan menempati posisi ke empat dengan dukungan suara 7,3 persen responden, sedang Ical persis di bawahnya dengan dukungan 6,2 persen.

Direktur PDB, Didik J Rachbini, menganalisis mengapa Ical bisa ketinggalan dengan Rhoma. Jawabannya, kata Didik, simple saja. “Ya karena Rhoma itu sudah sangat terkenal. Orang yang yang tahu dangdut pasti tahu Rhoma, wajar kalau dia sangat populer,” kata Didik seperti dikutip dari Rakyat Merdeka (grup MedanBagus.com).

Pengamat politik, Ikhsan, menilai hasil survei PDB adalah gambaran dari realitas politik Indonesia. Dan wajar jika Rhoma lebih tinggi tingkat keterpilihannya dan popularitasnya ketimbang Ical.

“Ical running untuk mendongkrak popularitasnya mulai baru-baru ini, dan hanya ada di baliho-baliho serta iklan di medianya sendiri. Sementara Rhoma, sudah puluhan tahun intensitasnya dikenal masyarakat,” katanya.

Selain itu survei tersebut juga menginformasikan bahwa instrumen untuk meningkatkan elektabilitas dan popularitas tidak hanya dengan jalan memanfaatkan media, tapi juga harus melakukan sesuatu yang berarti. “Misalnya Rhoma dengan karya seninya,” katanya.

Selain itu, lewat survei itu juga bisa disimpulkan sikap publik terkait persoalan yang dihadapi oleh Ical dan Rhoma. Ternyata, kata Ikhsan, orang Indonesia lebih menerima Rhoma dengan permasalahan pribadinya daripada Ical dengan kasus lumpur Lapindo dan persoalan pajak yang membelit perusahaannya.

Ketua DPP Partai Golkar, Harry Azhar Azis, tak percaya dengan hasil survei itu. “Saya tertawa saat mendengarnya. PDB itu kan lembaga survei baru jadi mungkin cari popularitas. Sehingga keluarkan hasil itu, dan mencari cara membuat hasilnya seolah-olah mencerminkan suara rakyat,” kata Harry.

Harry heran kenapa survei PDB cenderung menjagokan tokoh-tokoh baru dan yang tidak mungkin diusung partai. Sebut saja Rhoma Irama dan Jokowi. Kendati begitu dia mempersilakan PDB merilis hasil survei itu. Pastinya internal Golkar akan terus bekerja memoles popularitas dan elektabilitas Ical.

“Ya (survei) sekadar untuk menambah opini masyarakat. Tidak apa-apa. Survei itu juga akan menjadi kajian kami,” katanya. [Harian Rakyat Merdeka/rmol/ans]

PHBS Sejak Dini, USU Berdayakan Siswa Bustan Tsamrotul Qolbis

Sebelumnya

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN NELAYAN (KPPI) DALAM MENGATASI STUNTING DAN MODIFIKASI MAKANAN POMPOM BAKSO IKAN DAUN KELOR DI KELURAHAN BAGAN DELI

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Peristiwa