Pengamat hukum dan politik dari Universitas Muhammadiyah Solo, Aidul Fitriciada Azhari mempertanyakan manuver politik Akbar Faizal.
Bukan hanya karena politisi itu pada hari yang sama langsung masuk Partai Nasdem setelah menyatakan diri keluar dari Partai Hanura. Dua alasan lain yang membuat Aidul meragukan kredibilitas Akbar, selain menurutnya sempat mengeluarkan pernyataan soal hasil survei SMRC, juga berkaitan dengan tanggung jawabnya terhadap konstituen yang mendudukkannya di Senayan.
Doktor hukum konstitusi itu mengingat pengalamannya menjadi pembicara bersama Akbar pada acara seminar ‘Korupsi adalah Potret Kemunduran Bangsa’, yang digelar di Hotel Sunan, Solo, 23 Januari lalu. Saat itu pada acara seminar tidak kurang dari dua kali Akbar mengulang apa yang disebutnya ‘bocoran’ hasil survei Saiful Mudjani Research Center (SMRC) .
“Akbar bilang, dirinya mendapatkan bocoran dari SMRC bahwa elektabilitas Partai Hanura itu enam persen, di atas survei yang pernah digelar Lembaga Survei Nasional (LSN) yang mencatatkan angka 5,4 persen,” kata Aidul dalam rilis yang diterima redaksi Rakyat Merdeka Online (grup MedanBagus.com), sesaat lalu, Minggu (10/2).
‘Bocoran’ itu diulangnya pada kesempatan saat jeda di seminar yang sama.
Dia menambahkan, ketika kemudian angka yang dirilis SMRC adalah 1,4 persen dan hasil itu dijadikan alasan hengkang dari Hanura, timbul kesan kontradiktif. Pasalnya, menurut Aidul lagi, sebenarnya Akbar Faizal tahu hasil sebenarnya SMRC adalah 6 persen.
Dari fakta itu, menurut Aidul, Akbar menyiarkan fakta yang cenderung manipulatif, atau memang ada ''modifikasi ” dari hasil survei yang dirilis SMRC.
''Apalagi alasannya dia keluar dari Hanura karena hasil survei yang terus turun, ini kontradiktif dari informasi 'bocoran' yang ia sampaikan dalam seminar itu bahwa Hanura mendapatkan 6 persen," kata Aidul.
Dia menegaskan, jika hal sederhana seperti itu saja seseorang cenderung berbohong, maka bukan mustahil pada hal-hal yang lebih besar pun kebiasaan itu terbawa-bawa.
“Misalnya saat yang bersangkutan beralasan bahwa keluarnya dia dari Hanura tak lain untuk melakukan langkah besar, ternyata langkah besar itu hanya menyatakan diri masuk Partai Nasdem,” kata Aidul, lebih lanjut.
Yang lebih mengecewakan lagi, tegas dia sesungguhnya adalah sikap Akbar terhadap konstituen yang memilihnya pada Pemilu 2009 lalu. Dengan keluar begitu saja, tak bisa tidak ia menafikan kepercayaan konstituen yang mendudukkannya menjadi anggota DPR periode 2009-2014.
“Yang elegan, tentu menunaikan amanah pemilih, baru keluar dengan alasan elektabilitas partainya kecil. Tapi itu pun tentu alasan pragmatis, bukan karena idealisme untuk melakukan langkah besar,”demikian Aidul. [dry/rmol/ans]
KOMENTAR ANDA