
"Saya sungguh menyayangkan komentar Fadli Zon yang kini sedang menempuh S3 di Program Studi Sejarah FIB UI, seperti tuna sejarah. Yang lebih disayangkan koleksi buku di Fadli Zon Library yang konon mencapai 45.000 buah," kata pendiri Indonesia Media Watch( IMW), RM Zulkifli, dalam keterangan tertulis beberapa saat lalu, Minggu (10/2).
Walau sesungguhnya, lanjut RM Zulkifli, Fadli tak sepenuhnya salah, karena menurut Presiden Soeharto dalam pidato kepada pembekalan caleg priode 1997-2002 di Istana Negara pada 9 Agustus 1997, kekuatan sosial politik terdiri dari dua partai politik, Golkar dan ABRI.
RM Zulkipli pun mengutip keterangan M Natsir, seorang tokoh yang sering disebut-sebut oleh Fadli Zon sebagai idolanya. Kata RM Zulkifli, M Natsir pernah menulis kerisauanya tentang pidato Presiden Soeharto di muka Rapat Pimpinan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia di Pekanbaru, Riau, 27 Maret 1980 yang meminta ABRI mendukung Golkar dalam pemilihan umum.
"Cukuplah dulu satu keterangan dari M Natsir itu. Semoga Fadli Zon tidak memiliki maksud tertentu dari pernyataanya yang membelokan sejarah itu. Dan kalau Fadli tidak meralat komentarnya, saya kira semua pihak, termasuk Prabowo Subianto juga perlu mewasdai Fadli Zon," tegas RM Zulkifli.
Agar, masih kata RM Zulkifli, kejadian yang disesalkan M Natsir di era presiden Soeharto tidak terulang lagi oleh Fadli Zon. Saat itu, dalam pidato di Markas ABRI pada 16 April 1980, Presiden Soeharto mengatakan bahwa baik kami culik satu dari dua pertiga anggota MPR yang akan melakukan perubahan UU. [ysa/rmol/ans]
KOMENTAR ANDA