Berbisnis tak melulu harus terencana dengan sistematis. Ada beberapa pengusaha sukses menggeluti bisnisnya berawal dari keisengan. Ini merupakan fakta bahwa keisengan yang dibarengi kerja keras dan kreativitas dapat mengubah sesuatu bernilai ekonomis.
Ini yang dilakukan Budi Irsan, yang melakoni bisnis ikan hias sebagai penopang kebutuhan ekonomi keluarganya. Irsan yang membentuk Komunitas Ikan Cupang pertama di Sumut ini mengatakan, saat ini pecinta Ikan Cupang di Sumut berkisar ratusan orang dan lebih setengahnya menjadikannya sebagai bisnis.
"Saat itu sebenarnya hanya hobbi. Tetapi diawali dengan adanya sedikit transaksi sehingga berkembang menjadi bisnis," kata Budi saat diundang dalam program acara Kongkow-kongkow Inspiratif di stasiun televisi swasta Medan dimana Cagubsu Gus Irawan Pasaribu tampil sebagai hostnya.
Budi menambahkan, pada 2010 lalu mereka menciptakan varietas baru bernama Ikan Fancy Plakat yang cukup diminati baik di dalam negeri atau luar negeri. Varietas Fancy Plakat dijual berkisar Rp.300 ribu hingga Rp.400 ribu. Jenis Hawk Month sekitar Rp.100 ribu hingga Rp.150 per ekor.
"Makin banyak varietas warna pada satu ekor ikan maka semakin tinggi harga jualnya," katanya sembari menambahkan omsetnya per bulan sekitar Rp.15 juta.
Selain Budi yang sukses melakoni bisnis Ikan Cupang, Ahmad Refli (24) pengusaha muda merchandise juga dihadirkan untuk memberi inspirasi bagi anak-anak muda Sumut untuk memulai berwirausaha.
Refli bertutur, inspirasi menjadikan merchandise sebagai bisnisnya muncul saat masih duduk di semester 4 di salah satu perguruan tinggi di Medan.
"Rasanya kosong bila aktivitas sehari-hari hanya diisi dengan belajar saja, sehingga muncul keisengan untuk menggambar-gambar di kertas dan kemudian gambar-gambar itu saya share ke teman-teman. Selanjutnya muncul ide untuk memproduksi gambar-gambar tersebut untuk ditempel di kertas,” sebut Rafli yang menjalankan usahanya di bawah payung Kutak-katik Production.
Selain kertas, Rafli juga menorehkan lukisannya pada barang pecah belah, sarung bantal, jam dinding dan aksesoris lain.
Kini, ia memiliki 6 karyawan, masing-masing 2 untuk desain, 2 untuk produksi dan 2 untuk frontliner. "Untuk pemasaran, selain di-drop ke perusahaan-perusahaan tertentu, juga bersifat pesanan dari konsumen," tandasnya. Dari bisnisnya ini, Rafli mengantongi omsetnya berkisar Rp 30 juta per bulan.
Kerja keras dan kreativitas dua pemuda Sumut itu disambut Gus Irawan dengan positif. Menurut Dia, apa yang digeluti Refli dan Budi sejalan dengan konsep Sumut Sejahtera. Untuk menghindarkan penganggur baru dari angkatan kerja baru, Gus akan membuat program kewirausahaan bagi pemuda/mahasiswa 10.000 orang per tahun.
"Orang-orang seperti inilah yang kita butuhkan untuk membuat Sumut bisa keluar dari kemelut kemiskinan. Saya harapkan adik-adik dapat menjadi contoh bagi yang lain," tandas Gus dalam siaran pers yang diterima MedanBagus.com, Sabtu (9/2/2013). [ded]
KOMENTAR ANDA